17 November 2007

Yang Miring: Darah

Darah adalah alat transportasi dalam tubuh. Darah persis sama dengan sungai Mekong dan sungai lainnya di Kalimantan yang sangat vital sebagai sarana distrubusi keperluan masyarakat di sekitar sungai. Sungai membawa sampan berisi sayuran dan ikan asing ke berbagai titik kebutuhan.
Darah juga berfungsi sebagai sarana distribusi kebutuhan tubuh dan hidup manusia. Vitamin dan zat lain dihantar ke masing-masing titik kebutuhan oleh darah itu sendiri. Kebetulan sarana distribusi dalam tubuh makhluk hidup sangat teratur, tidak seperti urat nadi sarana jalan dan jembatan yang banyak tidak berkualitas karena dananya dipotong melebihi porsi.
Berbicara tentang darah tidak hanya dimaksudkan darah merah dan darah putih. Tetapi jiwa. Jiwa memang sangat ditentukan darah. Itu sebabnya darah muda dan jiwa muda sangat mendukung. Darah muda pasukan Israel dan pasukan Palestina membuat perdamaian tak kunjung tercapai. Hanya darah tua yang ingin berdamai karena tubuh mereka menggigil menghadapi teror. Darahnya tidak kuat menahan rasa takut.
Darah dan jiwa memang berbeda-beda. Tidak hanya secara individual tetapi secara komunitas. Penulis punya teman bernama Ir.J.M.Tarigan. Dia staf utama Bagian Personalia PT.Hyundai saat pelaksanaan PLTA Renun. Mobil dinasnya bagus. Gajinya besar. Tetapi dia tidak sombong seperti penulis yang punya simpanan di bank hanya Rp185.000 (seratus delapan puluh lima ribu rupiah saja).
J.M.Tarigan tinggal di Merek, Kab,Karo. Dia bekerja di kantor Hyundai di Lae Pinagar, Kab.Dairi. Dengan mobil dinas, jarak Merek dan Lae Pinagar tidak jauh. Suatu saat dia membawa penulis jalan-jalan melalui semak belukar. Setelah hampir satu jalan dalam perjalanan yag oleng ke kiri dan ke kanan bagaikan naik onta gurun sahara, kami tiba di hamparan tanaman kol yang sudah membulat. Dia menyewa tanah di esa Parbuluan VI seluas tiga hektar. Dia menanaminya semua dengan kubis.
Saat itu harga kubis menjadi Rp500/kg dengan ketentuan pedagang pengumpul menjemput ke ladang. Ternyata J.M.Tarigan menjual kubisnya Rp1.000 per batang. Padahal sebagian besar kubis itu mencapai lima kilogram per batang. Tidak ada yang hanya dua kilogram.
Dia tidak serakah. Menurutnya, total pengeluarannya untuk satu batang tanaman kol itu hanya Rp300. Dengan demikian dia sudah beruntung Rp700/batang. Dia memberi kesempatan kepada pedagang pengumpul itu untuk beruntung lebih banyak dari untung pemiliknya. Luar biasa. J.M.Tarigan tidak keberatan. Dia juga ingin pedagang itu senang.
Di ladang itu J.M.Tarigan bercerita fakta. Katanya, darah kalian orang Toba itu tidak ubahnya darah anjing, katanya. Kalau darah kami orang Karo seperti darah lembu, tambahnya. Penulis tentu bingung. Lalu dia menjelaskan bahwa dalam berusaha, kalau gagal besar sekali orang Toba pasti takut dan lari ke usaha lain. Katanya, orang Karo tidak mau takut. Pasti diulanginya lagi. Anjing kan besar suaranya. Terdengar garang tetapi pada hakekatnya penakut, kalau kami tidak pernah takut walaupun gagal sampai beberapa kali, ujarnya. Menurutnya, kegagalan akan mendorong orang Karo untuk mempelajari satu usaha secara tekun. Sampai kemudian berhasil. Itu sebanya, usaha pertanian dan berbagai usaha lainnya, kemajuan orang Karo sangat menonjol karena kegagalan mendorong mereka untuk belajar.**L.Sinaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar