13 November 2007

Dialog Pemkab Dairi Bersama Tokoh & Budayawan


Sidikalang-Dairi Pers: Dialog antara pemuka agama tokoh masyarakat budayawan dilakukan dalam satu seminar sehari yang dilangsungkan di Balai budaya Sidikalang Selasa (30/11). Tampil sebagai pembicara dalam kesempatan itu Imam B Prasojo dosen Fisip-UI, Jakarta, Bupati Dairi DR MP Tumanggor serta Ketua FKUB Dairi Pdt. E.J Solin, S Th. Acara ini dihadiri jajaran pemkab Dairi, kadis, kakan, kaban dan masyarakat Dairi.
Bupati Dairi dalam sambutan serta paparan mengangkat Pluralisme dan nilai-nilai lokal sebagai modal dalam pembangunan bangsa dan karakter/jati diri bangsa. Paparannya acara tersebut sebagai menyikapi dan memperkokoh jati diri bangsa indonesia dan pengembangan nilai-nilai lokal maka perlu dilakukan dalam satu diskusi. Berbagai konflik yang terjadi di tanah air seperti poso, sampait, papua, aceh dan tempat lainnya menjadi perhatian serius. Kearifan budaya lokal yang hidup di Dairi menjadi kekuatan hidup masyarakat membangun kehidupan bersama di Dairi. Disebutkan tantangan yang dihadapi terjadi di berbagai daerah harus disikapi dengan mawas diri tahu diri dan tenggang rasa. Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau tentu rentan perpecahan kendati sebenarnya sebuah negara yang terdiri dalam satu hamparan saja belum tentu tetap bersatu . Untuk itu menurutnya yang terpenting adalah warga dan kesadaran. Pluraslisme sempit negara kini sedang digerogoti dengan munculnya tuntutan plural yang mengesampingkan integritas bangsa dan menonjolkan kepentingan kelompok. Bahkan yang terjadi semangat kedaerahan lebih ditonjolkan yang diwarnai sikap ketidak perdulian kepada nasib bangsa. Dairi yang juga hidup dalam masyarakat heterogen menurutnya harus menjiwai rasa persatuan dan kebersamaan. Berbagai karifan lokal seperti gotong royong ,adat istiadat , kebersamaan dan kekeluargaan harus menjadi lestari sehingga tujuan utama membangun Dairi dapat tercapai. Beberapa kali negara ini telah membuktikan kata kita bisa bersama tahun 1928 dan tahun 1945 itu sudah berhasil. Ini adalah suatu modal sehingga Dairi sebagai bagian dari Indonesia juga harus melihat nilai plural ini sebagai suatu kekuatan dalam mencapai tujuan.
Sementara itu Imam B Prasojo bersama Pdt EJ Solin, S Th menyampaikan materi carater building ditengah perubahan sedang Pdt Solin mengangkat dinamika kemajemukan agama sebagai modal pembangunan karakter bangsa. Disebutkan persentasi penduduk Dairi menurut data agama Islam 25 %, Kristen 61 % katolik 3 %, hindu 2 % budha 1 % dan lainnya 1 %. Data ini menunjukkan Dairi memiliki kekayaan agama. Namun kekayaan itu tak selamanya menjadi kebanggaan jika tak diberdayakan . Hal ini bisa menjadi luntur oleh pengaruh globalisasi, kepentingan politik serta egoisme. Berdasarakan suku maka masyarakat yang hidup di Dairi Pakpak 19 %, Toba 66 %, Karo 8,6 % Simalungun 1,5 % Mandaling 0,2 % serta lainnya. Dari data ini dapat terlihat dan bisa berpotensi menimbulkan gejolak jika tidak terarah. Perundang-undangan untuk sosialisasi antar suku mewmang telah ada . Namun bisa saja itu tak berjalan sehingga warga terlibat dalam perbedaan kecemburuan juga terjadi dimana suku pendatang secara kejahteraan jauh lebih mapan dibanding suku pendatang . Namun ini dapat diatasi karena adanya karifan lokal berupa adat seperti “sidapot Solup donaro , Martampuk bulung marbona sangkalan.
Berdasarkan berbagai fakta itu menurutnya berbagai sosialisasi tentang kerukunan agama suku memang telah dibukukan dalam perundang-undangan. Namun satu yang harus dilakukan kesadaran pemimpin lembaga keagamaan memberikan keteladanan kepada pengikutnya . FKUB sebagai wadah kelompok elit agama saling berkomunikasi menyapa sesamanya dengan sang-at akrab tanpa beban rasa permusuhan. Untuk itu menurutnya semua harus memilki rasa representatif dan aspiratisf sehingga kerukunan fan perbedaan bisa menjadi senjata dalam modal pembangunan. (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar