14 September 2009

Sinur ma Pinahan, Gabe na ni Ula, Horas na Mangulahon!

KEARIFAN LOKAL PERTANIAN ORGANIK
Peribahasa diatas adalah hal yang umum dikatakan dalam acara adat di sekitar Dairi. Dua bagian yang pertama yaitu Sinur Ma Pinahan, Gabe Naniula adalah bagian yang paling umum dikatakan. Dan bagian terakhir Horas Na Mangulahon walaupun agak dilupakan sebenarnya sangat penting.
Walaupun kalimat ini berasal dari Bahasa Batak Toba tetapi umumnya dimengerti oleh sebagian besar penduduk Dairi. Penggunaan bahasa yang marragam-ragam sudah hal yang lumrah diterima di Dairi, sebagaimana penulis yang sejak kecil sudah terbiasa mengerti dan saling bertutur sapa dalam Bahasa Pakpak, Simalungun dan Karo. Inilah kekayaan masyarakat Dairi yang patut disyukuri.
Kalimat yang sering diucapkan sebagai kata-kata berkat oleh pihak Hula-hula atau Dongan Tubu yang statusnya lebih tinggi sebenarnya mengandung filosofi yang sangat tinggi nilainya. Kearifan lokal dalam umpasa tersebut akan kami bahas dalam tulisan kali ini. Pendahulu kita sebenarnya sudah menyadari pentingnya penerapan pertanian organik.
Tulisan ini juga langsung kami muat pada blogspot Dairi Pers di internet karena dibutuhkan oleh beberapa orang par Dairi na mangaranto. Dari merekalah, yaitu kawan-kawan penulis dalam milis Dairi Satu Hati, ide penulisan artikel ini pertama-tama disampaikan.
Rangkaian kalimat kearifan lokal tersebut sebenarnya tidak boleh diputus-putus. Rangkaiannya adalah layaknya aliran air. Aliran air yang menyuburkan karena mengandung unsur-unsur yang menyuburkan. Hasil aliran kata-kata dalam kalimat tersebut akan menghasilkan keberhasilan.
Sinur ma Pinahan
Pengertian pinahan dalam kalimat tsb adalah semua jenis ternak dan ikan. Pemeliharaan hewan diharapkan sukses (sinur). Dalam anak kalimat sinur ma pinahan tidak hanya berarti ada daging untuk dimakan dan ternak beranak pinak, tetapi adalah tersedianya kompos dari kotoran ternak. Bahan organik tersebut disadari oleh tetua kita untuk menyuburkan tanah.
Pemeliharaan ikan juga penting jika memungkinkan karena menjadi ukuran ketersediaan air. Ikan hanya dapat sinur jika air tempat hidupnya bersih, sehat dan tanpa pencemaran bahan kimia. Air dibutuhkan untuk menyuburkan tanaman. Jika tidak ada air bersih maka ternak besar tidak bisa sinur.
Dalam kalimat ini lebih ditekankan perlunya doa agar ternak berhasil. Karena disadari bahwa usaha beternak sangat memerlukan berkat dari Tuhan.
Gabe na ni Ula
Dalam kalimat ini tergantung harapan keberhasilan tersedianya pangan berupa karbohidrat dan hortikultura. Sebenarnya dalam kalimat ini sudah terharapkan agar usaha manusia yang sangat penting agar ada usaha yang sukses (gabe). Jika beternak lebih dominan berkat dan sedikit kerja, maka na ni ula berarti kalau tidak diusahakan dengan kerja keras maka tipis harapan usaha tersebut sukses.
Peranan pertanian organik disini adalah tersedianya kompos untuk kesuburan tanah sehingga tanaman subur. Tersedianya air dari perikanan juga akan menjamin tanaman tidak kekeringan dan cukup air pada saat yang dibutuhkan tanaman yang diusahakan.
Horas na Mangulahon!
Anak kalimat penutup ini mungkin sering dilupakan karena nadanya memang agak keras. Tidak ada sukses (horas) jika tidak ada kerja keras (na mangulahon).
Memang harus kita akui bahwa rezeki orang berbeda-beda. Ada beberapa orang yang sangat sukses dengan dengan menjadi peternak. Bersyukurlah mereka diberkati oleh Tuhan. Tetapi bagian terbesar dalam masyarakat kita adalah pangula yang perlu kerja keras untuk bisa mencukupkan kebutuhan sehari-hari.
Rangkaian kalimat tsb mengandung tekad dan kaitan profesi seorang petani. Yang sering dilupakan adalah rangkaian pekerjaan dalam kalimat tsb. Seorang petani adalah seorang pangula yang berarti seorang pekerja keras. Bagaimana bisa sukses jika tidak diulahon? Dan bagaimana mangula jika masih di kedai kopi walaupun sudah pukul 09.00 WIB?