28 Oktober 2007

Yang Miring: Tukar Guling

Mengapa bisa terjadi tukar guling? jawabnya adalah karena saling menguntungkan. Disisi lain apa sebenarnya yang ditukar dan apa yang diguling ? Mereka yang tukar guling karena merasa memiliki sepenuhnya “guling-guling” itu .. Mari kita simak tukar guling yang dilakukan dua orang oknum pejabat Dairi dan Pakpak Bharat pada sebuah departemen.
Sebut saja sia A menjadi kepala sebuah departemen di Dairi dan si B menjadi kepala departemen serupa di Pakpak Bharat. Konon setelah beberapa tahun si A bertugas dan dibatasi enak saja lakukan praktek tukar guling. Si A pindah ke Pakpak Bharat dan Si B pindah ke Dairi Anehnya departemen yang mengurusi ini di TK I dan pusatpun merestui. Wajar memang instansi ini disebut sebagai instansi terkorup di Indonesia.
Entah apa yang ada dibenak mereka namun setidaknya fenomena yang dilakukan “badut-badut “ ini semacam lawak-lawak layaknya jabatan itu adalah warisan orang tuanya. Atasannya juga ikutan “badut” seakan tak ada orang lain lagi , regenerasi dan perubahan.
Tukar guling( tetapi tidak memeluk bantal guling) ini justru masih terjadi di era yang konon transparansi ini. Konon juga era reformasi bervisi maju dan keadilan. Namun apa yang ditunjukkan instansi yang satu ini tak lebih “dagelan” yang mencerminkan semua hal bisa dijadikan “lawak-lawak”. Keputusan restu atasan juga seakan tidak adanya vigur yang lain.
Mungkin jika bertemu dengan atasan mereka di TK I maupun pusat akan menjawab tukar guling (Kalau instilah pemerintahan mutasi) itu paling menjawab keduanya berprestasi dan wajar . Namun tak dapat diterangkan prestasi apa yang dimaksud. Apakah prestasi kerja, membina masyarakat atau berprestasi memberikan upeti dan uang sogok. He…he.. ini suatu yang miring Bung……..
Jika kriteria pretasi kinerja diberikan kepada masyarakat mungkin Si A sama sekali tak memberikan apa-apa dalam pembinaan masyarakat. Bahkan lebih “bulus “ menangguk dari jabatannya. Tetapi sayang mereka yang terkena bulusnya oknum ini tak kan berani “bernyanyi” karena konon si A handal dan manusia nekat dan tak takut pada siapapun.
Sementara Si B yang masih tinggal di Dairi pasti senang karena bisa makan siang kembali kerumahnya. Tidak seperti kala di Pakpak Bharat harus berangkat pagi benar dan kembali sore. Saling menguntungkan memang.
Bung…. Ini sudah miring karena bukan hanya anda berdua yang punya negeri ini. Bukan hanya anda berdua yang PNS. masih banyak dan mungkin jauh lebih bermanfaat kepada masyarakat dibanding anda. Bung, yang memberikan restu juga hendaknya jangan asal restui “peluk-pelukan guling” karena itu adalah amanah negara. Tidakkah cukup cercaan instansi anda dituding lembaga paling korup ? Kejahatan dibalik sesuatu unsur yang paling disegani manusia memang paling aman. Namun Tuhan maha mengetahui kelakuan umat manusia kendati itu bersembunyi dibalik nama atau instansi bermoral. Status diatas kertas bermoral hanya bisa mengelabui manusia dan bukan Sang Pencipta.
Ada ungkapan selama ayam masih makan jagung maka takkan putus kolusi dan korupsi . Menyimak cerita tukar guling ini memang ada benarnya. Meski tak dapat dibuktikan dengan hukum yang memerlukan barang bukti. Namun aroma itu tak dapat dipungkiri. Andai batu Sigadap di Silalahi masih sesakral yang diceritakan. Yakinlah saat keduanya bersumpah tak melakukan kolusi dan atasannya berkata tidak ada korupsi maka ketiganya akan gadap (terkapar) dan mati karena berbohong. Fikirkanlah atribut anda sudah cukup terhormat. Negeri ini sudah miring karena pola fikir oknum-oknum seperti anda. (Pay)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar