03 Februari 2008

Sukses Tani: PERTANIAN ORGANIK

Apakah mungkin diterapkan di Dairi?
Baru-baru ini ada beberapa forum pertemuan petani yang diikuti penulis kolom ini. Pada waktu diskusi selalu muncul pertanyaan yang sama dari petani: Apakah mungkin pertanian organik diterapkan di Dairi? Jawaban penulis selalu sama: Pasti Bisa!
Prinsip dasar PERTANIAN ORGANIK adalah kembali ke alam. Kita yang lahir di generasi sekarang adalah keturunan dari para leluhur yang petani alami. Dan kita masih hidup dengan gen unggul.
Praktek Petani Tidak Akrab Lingkungan
Yang membuat kita meninggalkan pertanian organik adalah cara pikir praktis tanpa melihat akibat pada lingkungan. Contoh nyata sbb: Petani Marga Sihombing di Desa Huta Rakyat melihat rumput tinggi di sekitar kebun kopinya. Yang terpikir pertama adalah beli racun rumput. Padahal rumput adalah berkat. Rumput jika dibabat dan dikumpulkan akan menjadi kompos untuk menyuburkan tanah.
Contoh kedua adalah ketika penulis ke Tanah Pinem baru-baru ini. Di sekitar Kuta Buluh, penulis melihat petani membakar jerami padi di badan jalan. Alangkah sayangnya! Trilyunan makhluk hidup penyubur tanah berada pada jerami tsb.
Contoh ketiga adalah Petani Marga G di Desa Tanjung Beringin. Beliau berangkat ke kota Sumbul untuk beli pupuk Urea dengan uang ratusan ribu. Padahal di belakang rumahnya bertumpuk kotoran ternak. Beliau memelihara 2 ekor ternak babi sudah lebih dari 2 tahun. Hanya karena tidak dipisahkan dengan air maka beliau tidak bisa memanfaatkannya. Jumlah kotoran ternak itu lebih dari cukup untuk menyuburkan sawahnya yang seluas 5 rante.
Pupuk untuk Pertanian Organik
Kebutuhan pupuk untuk kebutuhan pertanian organik bisa dipenuhi dari lingkungan sekitar kita. Unsur hara mikro sudah terpenuhi dari kompos bokashi. Pengomposan bokashi sudah kami sajikan pada Edisi 64 yang lalu.
Bermacam-macam bahan alami bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan budidaya pertanian kita. Batuan alami Rock Phosphate bisa menjadi pengganti TSP. Petani juga bisa memanfaatkan kapur giling dari Batu Kapur Sidikalang sebagai pengurang kemasaman tanah sekaligus sebagai sumber Magnesium.
Kebutuhan dasar untuk kebutuhan fosfat yang bermanfaat untuk pembentukan buah dapat dipenuhi dengan memanfaatkan Mikoriza. Mikoriza ini hidup pada akar tanaman. Mikoriza ditaburkan di sekitar akar setelah pembersihan gulma dengan cangkul (manggisgis). Penaburan mikoriza sangat membantu pembentukan buah durian, jeruk, kopi dan tanaman buah-buahan. Jumlahnya juga tidak perlu banyak karena mikoriza adalah makhluk hidup yang berkembang sendiri di kebun. Secara khusus akan kami tulis manfaat mikoriza pada edisi yang akan datang.
Masalah Hama dan Pestisida
Ada banyak musuh alami yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti pestisida kimia. Tulisan khusus pestisida nabati sudah dimuat pada Edisi 68 yang lalu.
Penggunaan pestisida akan sangat rendah jika musuh alami hama tidak terganggu. Contoh nyata adalah apakah kita terganggu dengan ular sawah yang masih sepanjang 2 m. Paling-paling kita agak kaget kalau dia melintang di jalan. Padahal ular sawah adalah kawan kita memakan tikus. Biarkan saja dia hidup, jangan dibunuh! Kalau sudah panjang 3 m nanti bisa dipanen juga untuk diambil kulitnya.
Musuh alami yang juga bermanfaat adalah burung alap-alap dan burung hantu. Burung ini sering ditembaki dengan senapan angin. Padahal burung merupakan musuh alami tikus yang paling bermanfaat bagi pertanian kita. Satu ekor burung bisa memakan 5 ekor tikus per hari, bahkan lebih. Mana ada orang yang sanggup memburu tikus 2 ekor saja per hari. Tikus yang bisa kita bunuh adalah yang kebetulan jumpa.
Pelestarian musuh alami di sekitar tanaman sayur-sayuran adalah lebah dan tawon yang kecil-kecil itu. Jangan takut dengan tawon yang bisa menyengat. Kalau pun tak sengaja kita disengatnya, ambil saja bunga atau madu dan dioleskan pada bekas gigitan.
Masih ratusan bahkan ribuan daftar potensi musuh alami di sekitar kita. Hanya kita perlu berupaya mencari dan mencoba. Petani Dairi akan kami dukung terus dengan layanan yang terbaik.
Saran
Prof. Dr. Teruo Higa (Jepang) tahun 70-an telah mempopulerkan kembali pengomposan kembali ke alam. Beliau mengumpulkan berjenis-jenis makhluk hidup yang tidak terlihat oleh mata kita karena sangat kecil. Makhluk hidup tsb hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Lalu lebih dari 50 jenis yang bermanfaat bagi lingkungan diformulasi menjadi EM4. Para makhluk tsb berasal dari lingkungan petani di Indonesia ini.
Pertanian organik tidaklah ajaib. Itu sudah lama dikenal. Hanya kita harus kembali ke dasar pemikiran pertanian: KEMBALI KE ALAM. Di lingkungan kita melimpah bahan alami dan para makhluk hidup yang menghidupkan lahan pertanian kita.
Arsip dan Brosur topik tertentu tersedia untuk Petani/Pembaca Dairi Pers di Sekretariat Redaksi Dairi Pers.
Tim Sukses Tani Dairi Pers akan berusaha menjawab pertanyaan bidang pertanian dan pedesaan yang perlu disajikan pada kolom ini atau konsultasi langsung. Silahkan hubungi langsung atau SMS-kan pertanyaan (tolong sebut nama dan alamat) ke ponsel kami: 0813 6230 1475. Atau hubungan internet ke http://dairipers.blogspot.com/.
Semoga SUKSES BerTANI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar