03 Februari 2008

Mereka Memang Petani Handal

S.Nempu-Dairi Pers : Jika ditanya perjuangan hidup mungkin jawabannya adalah mereka petani yang tinggal di pelosok desa yang ada di Dairi. Berjalan kaki menuju perlada-ngan bahkan hingga puluhan kilometer sudah menjadi santapan sehari-hari buat mereka. Mereka harus bangun sepagi mungkin untuk berjalan kaki dan mulai bekerja sepagi mungkin menghindari sengatan matahari jika sudah siang.
Ini rutinitas mereka dan habitat yang setiap harinya digeluti. Membawa perbekalan/ logistik untuk kebutuhan di areal perladangan harus disertakan. Karena umumnya makan siang harus berada di ladang. Bukan itu saja anak-anak serta binatang peliharaan juga ikut diboyong. Namun bagi anak-anak yang sudah bersekolah biasanya berangkat ke sekolah.
Pemandangan seperti ini masih kerap ditemukan di semua desa yang ada di pelo-sok Dairi. Pada pagi hari dan sore hari ini akan terlihat dan menjadi pemandangan yang umum. Biasanya tempat memasak air yang terbuat dari kaleng (ceret) dibawa serta. Sesampai diareal pertanian biasanya langsung memasak air untuk kebutuhan minum. Anak-anak akan langsung bermain dan orang tua biasa-nya langsung bergegas menga-ngkat cangkul. Mereka baru berhenti jika mata hari sudah meninggi. Kala itu terik mata hari bisa membakar kulit dan cepat membuat lelah.
Ukuran terik matahari biasanya dijadikan jam. Masa ini digunakan untuk istirahat dan makan sinag sekaligus me-nyeduh teh kopi pada cangkir kaleng. Sambil bercengkrama membahas hal-hal ringan kopi mengucur hingga meninggalkan serbuk yang sudah basah. Bagi para suami biasanya serbuk ini dioleskan pada rokok dan dihisap. Konon rasanya semakin nikmat.
Ini rutinitas petani dan sore bergegas. Beberapa hasil per-tanian untuk kebutuhan dapur seperti sayur atau kayu bakar biasanya dimasukkan dalam kereta sorong. Ada juga yang menjinjingnya. Ritinitas ini hanya berhenti jika ada pesta keluarga dan juga hari minggu. Bagi kaum bapak sepulang dari ladang biasanya menyempat-kan diri meneguk satu dua gelas tuak. Konon minuman yang be-rasal dari pohon enau itu dapat melepas lelah dan membuat tidur lelap.
Mereka tidak biasa dengan cerita ikan laut yang ada hanya ikan kering dan ikan asin. Untuk ke pasar paling sekali seminggu. Terkadang sekali dalam dua minggu. Pola hidup ini jauh berbeda dengan masyarakat perkotaan yang setiap paginya hanya duduk diteras rumah menunggu penjual ikan sayur yang muncul.
Mungkin ini bisa disebut potret petani Dairi yang masih miskin dan hidup dalam kesederhanaan. Namun inilah suatu nikmat hidup yang tak bis dinilai dengan uang. Mereka tak pernah khawatir tidur karena takut korupsinya terbongkar. Mereka juga tak khawatir terlibat KKN. Hidup sederhana itu mungkin menjadi dambaan banyak orang yang sudah bosan dengan pola hidup kepal-suan penuh dengan kebohongan.
Kita pantas belajar kepada mereka karena hanya mema-kan yang memang benar-benar haknya. Konon negeri ini terpuruk karena suka memakan yang bukan hasil keringatnya sendiri. Hidup penuh khawatir dan ketakutan selalu menyertai. Namun petani ini memang handal. Kerja keras dan hanya tahu bertani, menjual dan uang-nnya digunakan untuk kebutu-han sehari-hari. Sederhana memang (R.07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar