23 September 2007

Marhaban Ramadan

Siapa yang gembira akan datangnya bulan Ramadan maka Allah SWT akan mengharamkan api nereka menyentuh kulitnya. Demikian kenyakinan umat muslim sekaligus berkata begitu besarnya makna Ramadan bagi mereka yang beriman.
Ramadan tahun ini di tanah air diramikan dengan program pemerintah dengan konversi BBM menjadi gas elpiji. Banyak daerah yang mulai kehilagan bahan bakar minyak. Di Dairi minyak tanah mulai sulit ditemukan. Kebutuhan pokok masyarakat ini entah mengapa “sipata mullop”.
Ramadahan sepertinya identik dengan kenaikan harga-harga. Jika dahulu harga minyak goreng naik karena harga sawit dunia naik ,kini makin naik lagi jelang Ramadan. Rakyat kelimpungan agaknya semua yang bernama minyak naik. Minyak makan Rp. 8.500/Kg
Ramadan yang merupakan serangkaian ibadah umat muslim yang beriman tentu berkaitan dengan makanan. Tentu makanan harus dimasak Jika dilihat angka persentasi penguna gas dengan BBM tentu sangat jauh berbeda. Dengan sample Dairi saja barang kali dikota Sidikalang sebagai ibuikota kab. Dairi pengguna elpiji paling 30 %. Sisanya BBM atau kayu bakar. Belum lagi mereka yang berada di kecamatan. Masih mayoroitas menggunakan BBM dan kayu bakar. Untuk kebutuhan penerangan juga masih banyak warga Dairi menggunakan minyak lampu.
Sahur berhubungan dengan memasak . Berbuka juga berhubungan dengan memasak. Suatu hal yang riskan memang ketika Ramadan harus kelimpungan mencari minyak tanah. Namun inilah kenyataan ketika pemerintah putuskan konversi minyak tanah ke gas elpiji. Suatu keputusan yang sebarnya harus melihat rakyat sebagai obyek. Bukan hanya melempar program tanpa melihat sisi pahit masyarakat.
Gonjang-ganjing konversi memang suatu dilema. Namun Ramadan harus berjalan dan di isi dengan ibadah. Menahan segala yang membatalkannya memang bukan mudah. Godaan ,emosi dan nafsu selalu terjadi. Apa yang perlu sebenarnya adalah bagaimana umat diluar muslim bisa menghormati bulan penuh rahmat itu. Namun jauh lebih utama bagaimana umat muslim itu sendiri bisa menghormati perintah agamanya itu. Bukankah banyak juga umat muslim yang justru tak puasa pada bulan penuh rahmat ini ? Lebih tragis lagi berlaku biasa-biasa saja dengan merokok sembarangan. Ini yang terjadi tahun silam. Akankah ini terulang tahun ini ?
Agaknya sudah menjadi budaya setiap Ramadan jam kantor dipersingkat artinya jam kantor mulai pukul 8. Ini suatu kemudahan ketika malam harinya umat muslim menjalankan ibadah tarawih. Tentu paginya sedikit terlambat bangun karena juga harus sahur pada pagi hari.
Dairi sebagai suatu kota dimana penduduknya heterogen juga akan kedatangan bulan berkah ini. Bumi sulang silima ini terkenal dengan keamanan dan kesportifan warganya. Budaya ini menjadi indah karena perbedaan membuat suatu bingkai keindahaan. Ini suatu berkah dimana semua warga kabupaten ini masih melihat wawasan kebangsaan dan mensyukuri anugerah akur.
Puasa tahun ini memang akan sedikit susah. Namun inilah mungkin ujian yang diberikan Tuhan kepada umatnya agar semakin sabar dan tabah menghadapi bulan mengekang nafsu ini. Sesuatu yang pasti Ramadan akan datang setiap tahun. Namun sesuatu yang pasti juga kita belum tentu bertmeu Ramadan tahun depan. Ini saatnya berbenah dan kembali menengadah DIA yang Maha segalanya. Marhaban ya Ramadan. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar