25 November 2007

Sukses Tani: SIDIKALANG PERLU BURSA BURUH TANI

Petani Panji Menjerit Kekurangan Buruh Tani
Petani daerah Panji Sidikalang diantaranya Desa Bintang Hulu dan Rimo Bunga menjerit kekurangan tenaga kerja. Kekurangan tenaga kerja ini dialami pada tahun-tahun terakhir ini. Berdasarkan pantauan kami ratusan ha lahan pertanian di daerah tsb terlantar dan kurang terawat. Sementara yang menyedihkan banyak buruh tani dari Dairi memilih bekerja di daerah Tanah Karo dan Simalungun, jauh dari kampung halamannya.
Seorang petani yang mengaku Boru Simbolon di Desa Bintang Hulu mengeluhkan mahalnya upah buruh tani saat ini. ”Sudah mahal tapi juga tidak cukup”, katanya kepada penulis. Sementara H. Ujung juga mengeluhkan juga kurang tersedianya tenaga kerja untuk merawat tanaman kopi yang ditanamnya.
Kebun terong belanda dan jeruk milik Boru Ginting yang sudah masak tetapi belum dipanen juga. Ketika ditanya mengapa belum dipanen maka ibu tani tersebut dengan wajah memelas minta tolong agar Dairi Pers menulis kekurangan tenaga kerja sekitar Sidikalang ini. ”Tolong tulis itu, kami sangat kewalahan”, katanya kepada Dairi Pers.
Upah buruh tani di daerah Panji sekitar Rp. 25 ribu per hari. Upah ini bersih diterima karena pemilik ladang menanggung makan siang dan minum teh/kopi. Jumlah ini termasuk tinggi dan tidak berbeda dengan upah daerah Tanah Karo dan Simalungun, tempat perantau Dairi banyak menjadi buruh tani.
Hal yang menarik adalah alasan buruh tani untuk meninggalkan Dairi. Mereka memilih jauh dari desanya supaya orang tidak tahu pekerjaannya. ”Yang penting merantau”, kata salah satu buruh tani yang ditanya bulan lalu di sekitar Merek.
Permasalahan
Berdasarkan wawancara dengan para petani maka permasalahan mereka dengan buruh tani adalah: (1) Upah tidak sebanding dengan prestasi kerja, (2) Buruh tani ngobrol-ngobrol selama jam kerja, (3) Jam istirahat terlalu panjang sehingga jam kerja efektif berkurang, (4) Buruh tani menuntut fasilitas berlebihan, dan (5) Tenaga kerja yang ada tidak mau menjadi buruh tani.
Ketika ditanyakan kepada tenaga kerja yang ada maka alasan mereka adalah: (1) Kesan keluarga dan masyarakat umum menjadi buruh tani adalah pekerja rendahan, (2) Mereka tidak tahan panas, (3) Fasilitas yang disediakan majikan kurang layak, dan (4) Pemondokan tidak ada.
Memang hal yang menyedihkan selama kunjungan lapang kami adalah tidak semua petani menyediakan pondok ladang. Padahal pondok ladang sangat perlu jika hujan deras, misalnya. Dari keadaan tsb dapat kita bayangkan penghargaan manusia terhadap manusia lain yang kebetulan berprofesi sebagai buruh tani. Buruh tani juga butuh penghargaan. Akibat permasalahan tsb maka lahan menjadi terlantar.
Perlunya Bursa Buruh Tani
Salah satu model yang menarik diterapkan di Sidikalang adalah bursa buruh tani seperti di Berastagi, Kaban Jahe, Merek dan Seribu Dolok. Memang ada biaya tambahan untuk mandor sebagai pengerah buruh tani yang dikomandoinya. Akan tetapi untuk tambahan biaya tersebut juga ada tambahan yang nyata pada hasil kerja mereka.
Jika hal ini diterapkan di Sidikalang maka majikan pemilik lahan akan merasakan manfaat langsung. Lahan terlantar pun berkurang. Terbuka juga peluang penyedia pemondokan dan mandor pengerah buruh tani.
Pandangan masyarakat Kabupaten Dairi akan buruh tani harus diperbaiki. Buruh tani harus kita hargai sebagai profesi mulia. Profesi mulia tsb karena dengan merekalah lahan pertanian Dairi bisa kita buat sejajar dengan Tanah Karo dan Simalungun, bahkan mungkin bisa lebih baik lagi.
Semoga ada kesadaran buruh tani yang selama ini merantau ke daerah lain agar mau mengabdi di daerahnya. Untuk apa malu menjadi buruh tani jika penghasilan lumayan. Menjadi sales girl di Kota Medan juga hanya bergaji sekitar Rp. 400 ribu kotor. Padahal jika menjadi buruh tani di Dairi maka mereka akan bertempat tinggal dekat dengan keluarganya. Jika ada keperluan pun mereka bisa segera dihubungi.
Perlu ada penghormatan khusus pada profesi buruh tani. Jika mereka dihormati di Dairi maka pemilik lahan tidak kesulitan seperti saat ini. Kasihan buah kopi, jeruk, terong belanda yang berjatuhan karena tidak dipanen. Kasihan juga pohon-pohon yang menderita karena tidak terawat.
Brosur topik tertentu tersedia untuk Petani/Pembaca Dairi Pers di Sekretariat Redaksi Dairi Pers.
Tim Sukses Tani Dairi Pers akan berusaha menjawab pertanyaan bidang pertanian dan pedesaan yang perlu disajikan pada kolom ini atau konsultasi langsung. Silahkan hubungi langsung atau SMS-kan pertanyaan (tolong sebut nama dan alamat) ke ponsel kami: 0813 6230 1475. Atau hubungan internet ke blog: http://dairipers.blogspot.com/.
Semoga SUKSES BerTANI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar