10 Februari 2008

PENGENDALIAN NEMATODA AKAR PADA KOPI

PENDAHULUAN
Nematoda parasit pada tanaman kopi merupakan jasad penggangu yang cukup berbahaya dan sulit dikendalikan. Sebagian besar kopi arabika rentan terhadap serangan nematoda parasit, khususnya jenis Pratylenchus coffeae dan Radophulus similis. Gangguan nematoda tersebut merupakan salah satu penghambat pengembangan kopi arabika di Indonesia.
Pada daerah serangan berat (endemik) kedua jenis nematoda itu, tanaman kopi arabika yang berasal dari biji akan mengalami kematian setelah berumur 2-3 tahun. Pengelolaan nematoda parasit seharusnya dilakukan secara terpadu, berwawasan lingkungan dan mendukung usaha perkebunan kopi berkelanjutan. Dengan strategi ini, diharapkan populasi nematoda tetap berada di bawah nilai ambang kerusakan.
SPESIES NEMATODA PARASIT KOPI
Ada beberapa spesies yang menimbulkan kerusakan pada tanaman kopi yaitu jenis P. coffeae, R. similis, dan Meloidogyne spp. Nematoda P. coffeae merupakan jenis yang paling berbahaya, baik pada kopi arabika maupun kopi robusta. R. similis terutama menyerang kopi arabika, meskipun di beberapa daerah juga dijumpai menyerang kopi robusta.
Nematoda Meloidogyne spp. termasuk jenis yang kurang berbahaya pada tanaman kopi. Hal ini disebabkan spesies Meloidogyne spp yang ada di Indonesia bukan merupakan spesies yang berbahaya sebagaimana terdapat di Amerika Latin, yaitu Meloidogyne coffeicola dan M. exigua.
Adanya ras fisiologi nematoda P. Coffeae dan R. Similis telah dilaporkan oleh beberapa ahli. Nematoda P. coffeae yang menyerang tanaman kopi di Amerika Latin merupakan ras yang berbeda dengan yang menyerang kopi di India. P. coffeae ras kopi India lebih merusak atau lebih ganas dibandingkan P. coffeae ras kopi Amerika Latin. P. coffeae yang ada di Indonesia dilaporkan merupakan ras yang sama dengan yang ada di India. Nematoda R. similis awalnya diketahui terdiri atas dua ras fisiologi yaitu R. similis ras ”pisang” (R. similis yang hanya dapat menyerang tanaman pisang tetapi tidak dapat menyerang tanaman jeruk), dan ras “jeruk” (dapat menyerang tanaman pisang dan jeruk).
Perkembangan penelitian pada bidang taksonomi menempatkan nematoda R. similis ras jeruk menjadi spesies tersendiri, yang menjadi R. citrophilus. Belum diketahui secara pasti spesies R. similis yang menyerang kopi di Indonesia, apakah termasuk ras “pisang”, ras “jeruk” (R. citrophilus) atau spesies lainnya. Namun karena kopi arabika, yang pada umumnya ditanam di dataran tinggi dan seringkali dijumpai ditumpangsarikan dengan tanaman jeruk, maka jenis Radopholus yang menyerang kopi arabika kemungkinan besar merupakan ras “jeruk” atau R. citrophilus.
STRATEGI PENGENDALIAN NEMATODA PARASIT
Sistem pengendalian terpadu yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah nematoda pada perkebunan kopi antara lain adalah penanaman bahan tanam kopi tahan/­toleran, aplikasi bahan organik, penanaman tanaman bukan inang, penggunaan dan pemilihan tanaman penaung, pemanfaatan agens hayati, dan aplikasi nematisida nabati.
Penanaman Bahan Tanam Kopi Tahan/Toleran
Penggunaan bahan tahan/toleran merupakan metode pengendalian yang paling efisien dan ramah lingkungan. Sebagian besar varietas kopi arabika yang tersedia dalam koleksi plasma nutfah kopi di dunia saat ini pada umumnya sangat rentan terhadap nematoda parasit, baik P. coffeae, R. similis, maupun Meloidogyne spp, (M. exigua, M. coffeicola, dan M. incognita).
Upaya mendapatkan varietas kopi arabika tahan/toleran serangan nematoda ditempuh dengan introduksi beberapa genotipe kopi arabika dan robusta yang diduga memiliki gen ketahanan. Penelitan penentuan tingkat ketahanan didasarkan pada reproduksi nematoda, yaitu dengan membandingkan reproduksi nematoda pada tanaman yang rentan serangan.
Hasil penelitian pada fase bibit menunjukkan bahwa sebagian besar genotipe yang diuji memiliki tingkat ketahanan yang rendah terhadap P. coffeae. Hasil beberapa penelitian secara umum menyimpulkan, upaya pengendalian nematoda parasit dengan menggunakan varietas kopi arabika yang tahan/toleran pada saat ini belum dapat dilakukan karena tidak adanya varietas kopi arabika yang tahan/toleran..
Aplikasi bahan organik
Berbagai jenis bahan organik diketahui berpengaruh negatif terhadap perkembangan nematoda parasit tanaman. Menurut Wiryadiputra dkk. (1987) dari pusat penelitian kopi dan kakao Jember, kulit kopi (pulp) dan pupuk kandang terbukti cukup efektif dalam menekan populasi nematoda parasit di pembibitan kopi. Hasil penelitian terakhir mengenai pengaruh pupuk kandang dalam pengendalian P. coffeae pada kopi arabika jenis Kartika menunjukkan bahwa bahan organik tersebut dengan dosis 15 kg/pohon/tahun sangat efektif dalam menekan populasi P. coffeae dan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Keefektifan perlakuan pupuk kandang dengan dosis tersebut dalam menekan nematoda P. coffeae tidak berbeda nyata dengan perlakuan nematisida berbahan aktif Oksamil, bahkan menyebabkan pertumbuhan yang lebih baik.
Hasil pemangkasan beberapa jenis penaung dan tanaman penutup tanah seperti dadap, teprosia, kenikir, dan krotalaria, juga dapat menekan populasi nematoda P. loosi dan Meloidigyne spp.
Penanaman tanaman bukan inang
Penanaman tanaman bukan inang pada areal serangan nematoda parasit, akan mengurangi populasi dan sumber infeksi pada tanaman kopi. Penanaman tanaman bukan inang terutama ditujukan sebagai tanaman sela/penaung dan tanaman rotasi. Sebagai tanaman penaung, Terophsia spp., dadap, dan turi, merupakan inang nematoda P. coffeae dan Meloidogyne spp., sehingga tidak dianjurkan sebagai penaung tanaman kopi pada areal serangan berat nematoda tersebut. Tanaman lamtoro, Crotalaria spp., Moghania spp., Albizia, dan kacang gude merupakan tanaman yang cukup tahan terhadap kedua nematoda tersebut sehingga dapat disarankan sebagai tanaman penaung atau tanaman sela.
Untuk efisiensi penggunaan lahan, terutama dalam rangka menyusun pola tumpang sari dan rotasi (sebelum ditanami kopi atau setelah pembongkaran kopi yang terserang berat nematoda parasit) perlu dipikirkan penanaman tanaman yang menguntungkan sekaligus dapat menekan populasi nematoda parasit. Tanaman tebu, koro benguk (Mucuna pruriens), dan rumput Guatemala (Trypsacum laxum) sangat efektif dalam menekan populasi P. coffeae sebagai tanaman rotasi dan diharapkan mendapat hasil tambahan dari tanaman tersebut. Tumpangsari tanaman kacang tanah (Arachis hypogea) dengan tanaman kopi arabika Kartika menunjukkan pengurangan tingkat serangan nematoda R. similis pada tanaman kopi. Kematian tanaman pada areal yang tidak ditumpang sari mencapai 50-80% sedangkan pada areal tumpang sari hanya sekitar 10-20%.
Penggunaan dan pemilihan tanaman penaung
Pada umumnya tanaman kopi yang ditanam tanpa penaung menderita kerusakan oleh nematoda parasit lebih berat dibandingkan tanaman yang berpenaung. Hal ini dapat dimengerti karena tanaman kopi tanpa penaung, lebih-lebih tidak diikuti penggunaan pupuk yang memadai, akan mengalami stres pertumbuhan, sehingga lebih rentan terhadap serangan nematoda. Seresah yang berasal dari tanaman penaung juga akan terproses menjadi bahan organik yang berpengaruh negatif terhadap populasi nematoda parasit, tetapi membuat kondisi sesuai bagi perkembangan musuh alami nematoda.
Beberapa jenis penaung tetap yang dianjurkan untuk tanaman kopi pada areal yang terserang nematoda parasit antara lain lamtoro dan sengon (Albizzia spp.). Penaung kopi dari tanaman sengon dilaporkan dapat menekan tingkat serangan nematoda parasit P. coffeae.
Penggunaan Agens Pengendali Hayati
Dalam rangka panjang pengendalian hayati dan penggunaan nematisida nabati, yang bahannya dapat terbarui (renewable), memiliki prospek baik untuk dikembangkan. Beberapa agens hayati nematoda parasit dari golongan bakteri dan jamur telah banyak diteliti dan diuji keefektifannya terhadap berbagai jenis nematoda parasit penting.
Bakteri Pasteuria penetrans yang memiliki sifat obligat dan memarasit nematoda Meloidogyne spp., pada kondisi percobaan pot. Pada kondisi tanah yang lembab, penambahan bahan organik dari kotoran ayam maupun kotoran sapi akan memberi kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan bagi perkembangan P. penetrans. Bakteri P. penetrans memiliki sifat tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan seperti pH tinggi, temperatur tinggi, kadar garam tinggi, dan tahan terhadap residu pestisida.
Berbagai spesies jamur juga telah diketahui merupakan agens hayati yang efektif bagi nematoda parasit. Kombinasi aplikasi pupuk kandang (kotoran sapi) dengan dosis 2 kg/tanamna/tahun dan mulsa yang dikombinasi dengan aplikasi jamur Dactylaria, Dactylella, bakteri P. penetrans mampu menekan populasi nematoda R. similis pada tanaman lada sebesar 79,2-95,1%. Perlakuan tersebut lebih efektif dibandingkan penggunaan karbofuran (Furadan 3G) dengan dosis 50 g formulasi/tanaman. Saat ini sedang diteliti secara intensif pemanfaatan jamur mikoriza ber-VA dalam pengendalian hayati nematoda parasit kopi. Pada percobaan pot dalam kondisi media steril, inokulasi jamur mikoriza mampu menekan serangan nematoda P. coffeae pada bibit kopi arabika maupun robusta
Penggunaan Nematisida Nabati
Diantara pestisida nabati yang paling prospektif untuk mengendalikan nematoda parasit adalah produk-produk yang dihasilkan dari tanaman nimba (Azadirachta indica) dan pinang. Wiryadiputra (1996) dari puslit kopi dan kakao Jember melakukan percobaan pada skala pot mendapatkan hasil bahwa ekstrak daun dan biji nimba dalam air dengan konsentrasi masing-masing 10% dan 2% secara nyata dapat menekan populasi P. coffeae pada bibit kopi. Penggunaan nimba lebih efektif dibandingkan perlakuan nematisida karbofuran.
KESIMPULAN
Nematoda Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan spesies nematoda yang sangat berbahaya pada tanaman kopi arabika. Kopi arabika memiliki sifat sangat rentan terhadap serangan dua spesies nematoda tersebut.
Penggunaan tanaman tahan/toleran merupakan komponen yang kompatibel dengan komponen pengendalian yang lain dan merupakan metode pengendalian yang efisien. Hingga saat ini belum ada varietas kopi arabika yang tahan/toleran pada serangan nematoda akar kopi, walaupun demikian upaya mendapatkan varietas tahan terus diupayakan.
Komponen pengendalian non-kimiawi yang dapat dipadukan dengan penggunaan jenis tanaman tahan adalah pengelolaan naungan (penanaman dan pemilihan jenis naungan), pemberian bahan organik dan mulsa, dan penanaman tanaman bukan inang (tanaman antagonis) baik sebagai tanaman sela maupun tanaman rotasi, penggunaan dan pemilihan tanaman penaung, penggunaan agens hayati dan pestisida nabati.
Naskah ditulis oleh Ir. Syahnen, MS (Balai Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatera Utara).
Brosur topik tertentu tersedia untuk Petani/Pembaca Dairi Pers di Sekretariat Redaksi Dairi Pers.
Tim Sukses Tani Dairi Pers akan berusaha menjawab pertanyaan bidang pertanian dan pedesaan yang perlu disajikan pada kolom ini atau konsultasi langsung. Silahkan hubungi langsung atau SMS-kan pertanyaan (tolong sebut nama dan alamat) ke ponsel kami: 0813 6230 1475.
Semoga SUKSES BerTANI.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Siang..
    Saya Tigor Hasudungan Gultom mahasiswa pertanian jurusan Hama dan Penyakit TUmbuhan Universitas Udayana Bali.
    Sekarang saya sedang melakukan penelitian di Kintamani-Bali.
    Judul penelitian saya
    "Studi Pengendalian Nematoda Parasit Tumbuhan Kopi Pratylenchus coffeae Dengan Menggunakan Jamur Antagonis"
    Ada beberapa pertanyaan mengenai penelitian saya.

    1) Bagaimana caranya mengkoleksi nematoda Pratylenchus coffeae dalam larutan gula 0,1% steril??
    2) UJi kemampuan Jamur Antagonis dalam menekan Pertumbuhan Pratylenchus coffeae secara invitro itu bagaimana prosesnya??

    Trima kasih sebelumnya..Tuhan Yang Maha Esa memberkati..

    BalasHapus
  3. Silahkan hubungi Ir. Syahnen, MS via japri dgn mobile phone 0812 6422 030. Beliau akan menjelaskan lbh lengkap dan terinci.

    BalasHapus