23 Februari 2008

PHT PADA TANAMAN CABE

Banyak pertanyaan ditanyakan kepada pengasuh kolom ini oleh para petani Dairi. Mengingat pentingnya masalah mendasar budidaya maka kami sajikan hal-hal mendasar dan secara berseri akan disajikan penanggulangan penyakit keriting, lalat buah dan hal-hal lain tentang tanaman cabe.
Cabe merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Produksi cabe di Indonesia masih rendah, rataan nasional hanya mencapai 5,5 ton/ha, sedangkan potensi produksinya dapat mencapai 20 ton/ha.
Salah satu masalah dalam peningkatan produksi dan kualitas mutu cabe adalah adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang terjadi mulai dari pesemaian sampai pasca panen. Pada tulisan ini kami sajikan hal-hal yang mendasar pada Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Cabe.
Diantara OPT utama yang sering menimbulkan kerugian pada usahatani cabe adalah serangan penyakit dengan pathogen/ penyebabnya dari golongan virus. Serangan penyakit virus kuning pada tanaman cabe misalnya, telah menimbulkan kerugian besar bagi petani di daerah-daerah sentra cabe di Pulau Jawa dalam 3 tahun terakhir ini, karena akibat serangan geminivirus tersebut menurunkan produksi cabe hingga jauh dari produksi normal, yang kemudian berdampak melonjaknya harga cabe di pasaran dengan kisaran antara Rp 15.000 – 25.000/kg, bahkan di Jakarta pada tahun 2003 mencapai Rp.50.000,-/kg, terutama menjelang hari-hari besar nasional dan hari keagamaan. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh virus kuning pada tanaman cabe dapat mencapai antara 20 – 100 % (Setiawati, 2003).
Untuk mengendalikan serangga vektor penyakit virus pada tanaman cabe petani masih mengandalkan penggunaan pestisida kimia sintetis, namun bila pemakaiannya tidak bijaksana dikhawatirkan menimbulkan residu pestisida pada produk buah cabe relatif tinggi, biaya produksi meningkat, bahaya terhadap kesehatan pekerja, juga menyebabkan pencemaran lingkungan hidup. Di era pasar bebas saat ini produk cabe yang tidak ramah lingkungan sulit bersaing karena konsumennya konsen dengan produk pertanian yang bermutu baik dan aman dikonsumsi.
Sistem PHT tersebut dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengamatan
Pengamatan bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT, luas serangan, dan daerah penyebaran serta faktor biotik (musuh alami, tanaman, tindakan manusia) dan faktor abiotik (temperatur, kelembaban udara, sinar matahari, hujan, angin, tanah, air dsb). Metode pengamatan OPT cabe tercantum pada Lampiran 2.
2. Pengambilan Keputusan
Kegiatan pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan hasil analisis data pengamatan rutin, yaitu diteruskannya kegiatan pengamatan itu atau dilaksanakannya tindakan pengendalian.
Apabila hasil analisis data pengamatan masih di bawah ambang pengendalian (misalnya serangan hama pengisap (kutu daun, thrips, tungau sebanyak < 0,7 ekor/tanaman contoh atau intensitas serangan < 15% pertanaman contoh), maka pengamatan dilanjutkan dan belum perlu dilakukan tindakan pengendalian. Ambang pengendalian untuk penyakit virus pada tanaman cabe sampai saat ini belum ada. Eradikasi dilakukan untuk menghilangkan sumber serangan.
3. Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian dilakukan apabila populasi dan atau tingkat serangan OPT dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis, atau hasil analisis data pengamatan rutin sudah mencapai ambang pengendalian. Persyaratan tindakan pengendalian OPT, yaitu harus memenuhi aspek ekologi (tidak mengganggu kesehatan manusia, kehidupan musuh alami dan organisme bukan sasaran, lingkungan hidup dan tidak menimbulkan residu pestisida sintetis yang berbahaya pada hasil tanaman), aspek ekonomis (biaya terjangkau petani dan memberikan manfaat yang optimal), aspek sosial (mudah dilaksanakan dapat diterima masyarakat), dan aspek teknis (mendukung berbagai cara pengendalian yang serasi, selaras dan seimbang, mengutamakan pengendalian, budidaya, fisik/mekanik, biologis dan genetik, menggunakan pestisida sintetik apabila diperlukan).
Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dipilih dan digunakan dalam menyusun operasional pengendalian sesuai dengan rakitan teknologi yang memungkinkan, antara lain :
a. Pengendalian secara teknik budidaya
- pengolahan tanah yang baik dan benar
- penggunaan benih dari varietas tahan OPT, bermutu, dan sehat
- penggunaan jarak tanam, pola tanam (tumpang sari/ tumpang gilir), dan waktu tanam yang tepat
- pemupukan berimbang
- pengaturan drainase atau tata air, dan
- menanam tanaman perangkap/pengikat OPT
b. Pengendalian secara fisik/mekanik
- sanitasi/eradikasi selektif terhadap tanaman terserang OPT
- sanitasi terhadap tumbuhan pengganggu yang kemungkinan menjadi tanaman inang lain dari OPT
- pengambilan kelompok telur, larva/imago vektor virus dari tanaman secara langsung.
- Pemasangan perangkap likat kuning (kutu kebul), likat putih (trips, kutudaun). Teknik Operasional pemasangan Perangkap likat (Lampiran 3).
c. Pengendalian biologi
- pemanfaatan musuh alami, agens hayati lainnya yang sangat spesifik

d. Aplikasi pestisida. Ditinjau dari segi cara mengeksplorasi bahan aktifnya maka pestisida dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu :
- pestisida hayati; pestisida yang dieksplorasi dari mahluk hidup, karena kandungan bahan aktifnya yang dapat digunakan untuk mengendalikan OPT berasal dari mahluk hidup. Pestisida hayati dapat berupa pestisida nabati (tumbuhan) dan agens hayati (cendawan, bakteri, virus, dsb).
- pestisida sintetis; bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang terdiri dari beberapa golongan.
Untuk memperkecil dampak negatif pestisida sintetis, terutama mengurangi residu pestisida pada hasil pertanian, maka aplikasi pestisida sintetis harus memenuhi kriteria 6 (enam) tepat, yaitu :
1. Tepat Jenis
Jenis pestisda yang digunakan efektif terhadap OPT sasaran hasil pengamatan rutin (dapat dibaca pada label kemasan).
2. Tepat Mutu
Pestisida sintetis yang digunakan bermutu baik, untuk itu dipilih pestisida yang terdaftar dan dizinkan, tidak menggunakan pestisida yang sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga kuat palsu.
3. Tepat Sasaran
Berdasarkan hasil pengamatan rutin secara tepat diidentifikasi jenis OPT, usahakan hanya bagian tanaman yang terserang OPT yang diaplikasi.
4. Tepat Dosis Konsentrasi
Dosis (liter atau kilogram pestisida sintetis per hektar luas tanaman) dan konsentrasi (mililiter atau gram pestisida per liter cairan semprot) yang digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan pada label kemasan.
5. Tepat Waktu
Aplikasi pestisda dilakukan pagi atau sore hari, saat udara cerah, angin tidak terlalu kencang, dan tidak hujan. Disamping itu OPT masih stadia awal/peka, dan populasi atau intensitas serangannya sudah melampaui ambang pengendalian.
6. Tepat Cara dan Alat Aplikasi
Cara aplikasi pestisida harus sesuai antara alat yang digunakan dengan jenis pestisidanya, dan fase tanaman yang disemprot serta OPT sasaran.
Kemudian untuk meminimalkan kandungan residu pestisida sampai di bawah batas maksimum residu (BMR) yang diizinkan, maka perlu juga memperhatikan pemilihan jenis pestisida sintetis yang akan digunakan bersifat tidak persisten (mudah terurai pada kondisi lapangan) atau mempunyai waktu paruh (DT50) yang pendek. Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan agar separuh (50%) dari senyawa kimia tersebut telah terurai, makin kecil angkanya berarti makin cepat terurai.
Brosur topik tertentu tersedia untuk Petani/Pembaca Dairi Pers di Sekretariat Redaksi Dairi Pers.
Tim Sukses Tani Dairi Pers akan berusaha menjawab pertanyaan bidang pertanian dan pedesaan yang perlu disajikan pada kolom ini atau konsultasi langsung. Silahkan hubungi langsung atau SMS-kan pertanyaan (tolong sebut nama dan alamat) ke ponsel kami: 0813 6230 1475.
Semoga SUKSES BerTANI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar