Bawasda: Tiap Tahun Dianggarkan, Apanya Yang Bergulir?
Sidikalang-Dairi Pers: Proyek dana bergulir yang dikelola bidang Koperasi dan Penamanan Modal Dinas Perindag Dairi tahun anggaran 2006 gagal. Rencana dana yang seharusnya bergulir itu akan dibagikan ke petani lainnya juga macet. Meski gagal Kabid Koperasi dan Penanaman Modal disperidag Dairi S.A Simbolon lebih memilih istilah kurang berhasil Kamis (8/11) di ruang kerjanya.
Dana bergulir yang diberikan kepada koperasi tahun 2006 itu digunakan untuk penguatan modal petani dalam menanam ubi jepang. Namun dikatakan pengembalian dana pinjaman itu kurang lancar karena beberapa hal. Salah satu penyebabnya kegagalan panen dan harga panen ubi yang turun drastis. Untuk harga ubi jepang per Kg Rp. 800 yang diikat kontrak ke Pusat Dis-tribusi Regional Sitinjo (PDR)
Saat dipertayankan jumlah dana yang disalurkan dan koperasi mana saja yang mendapatkan suntikan dana itu SA Simbolon mengatakan kurang mengetahui karena PPK kegiatan itu adalah stafnya yang hari itu tidak berada di kantor. Demikian juga saat dipertanyakan persentasi pengembalian dan jumlah dana yang dikembalikan pemimjam menurutnya kurang diketahui karena yang mengelolanya adalah stafnya.
Sementara itu untuk tahun angrran 2007 proyek yang gagal tahun 2006 itu juga kembali dilanjutkan dengan dana Rp. 984 juta. Namun menurutnya hingga kini dana itu belum disalurkan karena kendala sulitnya mencairkan uang dari pemkab Dairi.
Menyinggung apakah proyek itu dapat berjalan atau bisa menjadi gagal karena masalah waktu yang sudah mepet itu SA Simbolon memastikan pasti disalurkan. Sebenarnya kini proyek itu sudah didahulukan koperasi dananya. Nanti jika dananya sudah cair akan kita bagikan kepada koperasi yang sudah kita plot , Ujarnya.
Cukup aneh memang pengakuan itu batapa jika memang koperasi sudah mengerjakannya dengan dananya sendiri untuk apa dibantu lagi.
Diuraikan mekanisme penyaluran dana bergulir itu yakni koperasi diteliti petugas perindagkop Dairi untuk melihat tingkat kewajaran. Kemudian untuk pengembaliannya koperasi membuka rekening di Bank. Namun diakui kurangnya petugas untuk mengingatkan pengembalian pinjam itu hanya dua orang saja. Yang mengelola ini hanya dua orang satu PPK dan satu stafnya. Mereka berdua saja yang mengurusinya termasuk administrasinya, tambahnya. Menyinggung rencana ke depan belajar dari kegagalan itu Simbolon mengatakan tengah mengupayakan konsep yang tepat agar kegagalan 2006 tidak terulang kembali. Konsep yang telah direncanakan bagaimana misalnya koperasi dibebankan bunga 10 % atau 5 % sehingga koperasi dapat mengembalikan pinjaman itu. Memang tidak nyambung namun itulah jawaban kabid ini.
Bergulir Tapi Tiap Tahun Dianggarkan
Kepala Bawasda Dairi MG Lingga,SH yang dikonfirmasi Dairi Pers seputar kegagalan disperindag dalam mengelola dana bergulir itu mengatakan dari istilah saja sebenarnya sudah rancu. Masak bantuan bergulir itu sudah ada sejak tahun 2000, tetapi terus dianggarkan . Kadang kita heran apa yang digulirkan kalau tetap tiap tahun dianggarkan di APBD. Apa yang terpenting sebenarnya instansi terkait memperhatikan dan menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran. Kan aneh disebut bergulir tetapi tiap tahun dianggarkan, ujar Lingga.
Menurutnya jika memang sudah gagal lebih baik disperindag mengganti saja namanya menjadi semacam bantuan cuma-cuma kepada masyarakat. Ini kita dengar bergulir tetapi tiap tahun dianggarkan, Katanya.
MG Lingga,SH mengatakan dengan kondisi itu dalam waktu dekat staf bawasda Dairi akan turun menyelidiki apa sebenarnya yang terjadi ditubuh mereka yang mengelola dana bergulir itu. Termasuk diantaranya dugaan kemungkinan perangkat staf koperasi yang ikut bermain dari dana itu. Kan sudah 6 tahun terus bergulir. Terus pengembaliannya bagaimana dan dimana sekarang uang itu. Ujar lingga.
Agaknya memang pengelolaan perkoperasian di Dairi belum pernah memberikan perubahan. Bantuan yang diberikan kepada koperiasi lebih condong gagal dan tidak membuahkan hasil. Perubahan personil dan penggantian mereka yang bertugas pada bidang koperasi itu juga tidak membuat perubahan koperasi menjadi sehat di Dairi.
Diduga penyebab kegagalan utama proyek itu karean sejak awal kebocoran dan penelitian terhadap koperasi yang tidak mapan dari oknum-oknum staf disperindag khsusunya petugas koperasi. Hendaknya hal ini menjadi perhatian DPRD Dairi apakah wajar proyek itu masih dilanjutkan atau nama proyek itu diganti menjadi semacam bantuan gratis. (R.07)
17 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar