Sidikalang-Dairi Pers: Budaya adalah identitas. Menjadi kenyang bukan sesuatu yang paling dibutuhkn manusia. Kenyang tetapi tanpa identitas atau diposisikan pada identitas bernilai rendah, kebanyakan manusia menolak. Bahkan dengan kondisi lapar pun banyak orang yang masih mampu kuat berjuang membela identitasnya, yakni budaya itu sendiri. Tetapi, banyak orang yang melacurkan diri dan budayanya demi uang. Hal itu secara khusus menjadi sorotan Bupati DR.Master Parulian Tumanggor ketika mendapatkan informasi ada oknum tertentu yang mencuri ‘mejan’ untuk dijual ke daerah lain.
Getaran yang ditimbulkan interaksi global menyebabkan struktur dalam lapisan budaya mengalami pergeseran, sebagaimana pergeseran struktur batuan dan lapisan tanah ketika diguncang gempa. Perubahan itu sendiri tidak selalu bisa di-sadari telah menggeser kita dari nilai dan identitas kita sendiri.
Untuk itulah Pemkab Dairi menyelenggarakan Pesta Budaya Njuah-juah setiap tahun. Untuk tahun 2007 pesta budaya itu dilaksanakan Senin (29/10) di Stadion Sidikalang. Pesta budaya itu dipadukan dengan pameran pembangunan dalam rangka Hari Jadi Kab.Dairi ke-60 yang diperingati 1 Oktober lalu. Kegiatan bersama tersebut dikelola bersama Dinas Kebudayaan, Pariweisata dan Perhubungan bersama Badan Infokom. Pesta bidaya dan pameran pembangunan itu dibuka Bupati Dairi DR.Master Parulian Tumanggor. Hadir Muspida Dairi serta tokoh masyarakat.
Drs.Pardamean Silalahi (Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Perhubungan) melaporkan pesta budaya diikuti berbagai kontingen dari 15 kecamatan, dinas, badan dan kantor serta sebagian desa dan organisasi kemasyarakat menampilkan kontingen tersendiri. Drs.Ramses Simamora (Kepala Badan Infokom) melaporkan pameran diikuti 100 stand terdiri dari stand instansi pemerintah, BUMN, organisasi professi dan lembaga kemasyarakatan. Diadakan Sodip (doa budaya) darari marga tanah dipimpin Jonggi Ujung (Mpung Alex Ujung).
Pada pesta budaya itu juga ditampilkan pagelaran legenda tradisional berjudul Tagandera, disutradarai Kabid Kebudayaan Esron Kaloko,SH dengan dukungan siswa-siswi SMKN 1 Sidikalang. Legenda itu mengisahkan fluktuasi interaksi antara manusia dan makhluk hidup di hutan dengan nuansa cerita percintaan. Pagelaran itu sangat memukau peserta karena merupakan penampilan drama kehidupan masa lalu.
Tokoh masyarakat R.Ardin Ujung,SPd.I dalam sambutannya menyatakan pesta budaya tersebut dimaksudkan untuk menggali dan mengembangkan budaya nenek moyang yang sempat dirusak oleh orang-orang Eropa di zaman penjajahan dahulu. Ketua DPRD Leonard Samosir,BA dalam sambutannya mengharapkan pesta budaya itu perlu menampilkan semua ragam budaya yang ada di Kab.Dairi guna memperlihatkan keanekaragaman masyarakat.
Bupati dalam pidatonya menjelaskan bahwa semua kelompok masyarakat memiliki budaya tersendiri. Budaya, katanya, adalah tata cara dan tradisi masyarakat menyikapi proses kehidupannya. Dia menganjurkan semua unsur masyarakat berupaya memahami budaya orang lain. Dengan saling memahami budaya bisa tercipta keharmonisan sosial, katanya. Bupati menjelaskan bahwa budaya adalah nilai dan tradisi kehidupan manusia yang turun-temurun. Budaya menjadi identitas dan nilai satu kelompok masyarakat. Nilai itu sendiri menjadi pengikat yang sangat erat bagi satu kelompoak masyarakat dalam jangka waktu yang panjang.
Bupati menyesalkan masih adanya warga yang tidak menghargai budayanya sendiri. Dia menuding kerusakan dan kehilangan ‘mejan’ (patung Pakpak zaman dahulu) akibat orang Pakpak sendiri yang tidak berupaya menjaga dan melestarikannya. Dia mengatakan masih ada orang Pakpak yang berniat mencuri dan menjual ‘mejan’ itu demi sedikit uang. Saya pernah melihat ada dua mejan dipajang di Hotel Borobudur Jakarta dan suatu saat nanti mejan yang bernilai sejarah itu tidak akan ditemukan lagi di daerah asalnya, kata bupati. Dia juga mengatakan banyak mejan yang sudah hilangd ari daerah asalnya, termasuk dari Sitinjo.(R-06/R-01-R-07)
Getaran yang ditimbulkan interaksi global menyebabkan struktur dalam lapisan budaya mengalami pergeseran, sebagaimana pergeseran struktur batuan dan lapisan tanah ketika diguncang gempa. Perubahan itu sendiri tidak selalu bisa di-sadari telah menggeser kita dari nilai dan identitas kita sendiri.
Untuk itulah Pemkab Dairi menyelenggarakan Pesta Budaya Njuah-juah setiap tahun. Untuk tahun 2007 pesta budaya itu dilaksanakan Senin (29/10) di Stadion Sidikalang. Pesta budaya itu dipadukan dengan pameran pembangunan dalam rangka Hari Jadi Kab.Dairi ke-60 yang diperingati 1 Oktober lalu. Kegiatan bersama tersebut dikelola bersama Dinas Kebudayaan, Pariweisata dan Perhubungan bersama Badan Infokom. Pesta bidaya dan pameran pembangunan itu dibuka Bupati Dairi DR.Master Parulian Tumanggor. Hadir Muspida Dairi serta tokoh masyarakat.
Drs.Pardamean Silalahi (Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Perhubungan) melaporkan pesta budaya diikuti berbagai kontingen dari 15 kecamatan, dinas, badan dan kantor serta sebagian desa dan organisasi kemasyarakat menampilkan kontingen tersendiri. Drs.Ramses Simamora (Kepala Badan Infokom) melaporkan pameran diikuti 100 stand terdiri dari stand instansi pemerintah, BUMN, organisasi professi dan lembaga kemasyarakatan. Diadakan Sodip (doa budaya) darari marga tanah dipimpin Jonggi Ujung (Mpung Alex Ujung).
Pada pesta budaya itu juga ditampilkan pagelaran legenda tradisional berjudul Tagandera, disutradarai Kabid Kebudayaan Esron Kaloko,SH dengan dukungan siswa-siswi SMKN 1 Sidikalang. Legenda itu mengisahkan fluktuasi interaksi antara manusia dan makhluk hidup di hutan dengan nuansa cerita percintaan. Pagelaran itu sangat memukau peserta karena merupakan penampilan drama kehidupan masa lalu.
Tokoh masyarakat R.Ardin Ujung,SPd.I dalam sambutannya menyatakan pesta budaya tersebut dimaksudkan untuk menggali dan mengembangkan budaya nenek moyang yang sempat dirusak oleh orang-orang Eropa di zaman penjajahan dahulu. Ketua DPRD Leonard Samosir,BA dalam sambutannya mengharapkan pesta budaya itu perlu menampilkan semua ragam budaya yang ada di Kab.Dairi guna memperlihatkan keanekaragaman masyarakat.
Bupati dalam pidatonya menjelaskan bahwa semua kelompok masyarakat memiliki budaya tersendiri. Budaya, katanya, adalah tata cara dan tradisi masyarakat menyikapi proses kehidupannya. Dia menganjurkan semua unsur masyarakat berupaya memahami budaya orang lain. Dengan saling memahami budaya bisa tercipta keharmonisan sosial, katanya. Bupati menjelaskan bahwa budaya adalah nilai dan tradisi kehidupan manusia yang turun-temurun. Budaya menjadi identitas dan nilai satu kelompok masyarakat. Nilai itu sendiri menjadi pengikat yang sangat erat bagi satu kelompoak masyarakat dalam jangka waktu yang panjang.
Bupati menyesalkan masih adanya warga yang tidak menghargai budayanya sendiri. Dia menuding kerusakan dan kehilangan ‘mejan’ (patung Pakpak zaman dahulu) akibat orang Pakpak sendiri yang tidak berupaya menjaga dan melestarikannya. Dia mengatakan masih ada orang Pakpak yang berniat mencuri dan menjual ‘mejan’ itu demi sedikit uang. Saya pernah melihat ada dua mejan dipajang di Hotel Borobudur Jakarta dan suatu saat nanti mejan yang bernilai sejarah itu tidak akan ditemukan lagi di daerah asalnya, kata bupati. Dia juga mengatakan banyak mejan yang sudah hilangd ari daerah asalnya, termasuk dari Sitinjo.(R-06/R-01-R-07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar