Agaknya menjual nama Bupati Dairi DR MP Tumanggor masih musim dan memang cukup membawa keuntungan dan disegani beberapa pihak. Jualan kecap oknum-oknum seperti ini semakin membawa untung terlebih kepada staf atau orang yang sama sekali tak mengerti apa yang terjadi di pendopo kediaman Bupati Dairi. Aksi inipun mulus bah-kan meraup keuntungan dari kebohongan itu.
Adalah Gisaon (samaran) salah satu pejabat di Dinas perhubungan dan pariwisata Dairi selalu melemparkan isu “sesat” itu. Bibirnya bagai tak punya rem untuk selalu menjual kecap familynya Bupati Dairi DR MP Tumanggor. Memang jika dihubung-hubungkan dari marganya bisa saja. Karena kakek nenek mereka sekitar 300 tahun silam mungkin kakak adik.
Beberapa staf dinas perhubungan dan pariwisata Dairi yang meminta namanya tidak dicantumkan mengatakan Gisoan persis seperti nama samaran ini selalu cerewet melontarkan bahwa ianya family Bupati dan apa saja yang disampaikannya selalu didengarkan dan seperti diamini Bupati DR MP Tumanggor.
Paling sakit kadang sudah mengaku famili bupati, oknum itu sering bilang kami stafnya ini sebagai “amporik” (burung kecil pemakan padi). Sakit memang . Entah apa maksud oknum ini padahal dia baru saja muncul di dinas ini. Sudahlah bidangnya tak dikuasai namun tetap merasa pintar dan mampu. Kami kadang bingung melihat tingkahnya yang arogan mentang-mentang famili Bupati Dairi, Ujar staf ini kesal.
Kendati benar dia familynya bupati namun kami ini masih manusia yang perlu diharga dan pantas memang dihargai. Ini sampai dikatakan sejenis burung. Kami gak bisa terima itu. Namun mau bagimana lagi ternyata apa yang disampaikannya ada benarnya juga. Walau kami sebagai staf menilainya lamban dan tak mampu namun tetap saja oknum ini dipakai dipemkab Dairi. Jadi kami yakin saja dia memang familinya bupati. Belum lagi ucapannya yang mengatakan dalam waktu dekat akan diangkat menjadi kepala dinas. Bisa makin kacau instansi ini , tambah mereka.
Data yang dikumpulkan Dairi Pers menyebutkan Gisaon dulunya berpropesi sebagai tenaga fungsional. Namun otonomi membawa musim yang menguntungkan kepada Gisaon hingga diangkat sebagai pejabat struktural. Dengan latar belakang itu Gisoan sering berpindah-pindah dari dinas ke dinas yang lain. Diduga karena memang Gisaon tak punya keterampilan spesialis maka selalu berpindah seiring hilang atau terbentuknya instansi baru. Kendati demikian Gisaon mungkin menduga tak ada orang lain yang tahu kelemahannya itu. Baginya ilmu “Katak Dibawah Tempurung” itu sudah segalanya.
Bantah
Sementara itu salah seorang family bupati Dairi yang kini tinggal bermukim di pendopo di Sidikalang ketika dipertanyakan kebenaran oknum Gisaon, wanita dengan rambut sebahu itu mengatakan sama sekali tak mengetahui siapa Gisaon. Bahkan dikatakan tak pernah Gisaon berkunjung ke kediaman Bupati atau pendopo kantor Bupati. Terus terang Bapak (bupati : redaksi) paling tak suka oknum seperti itu selalu mengaku-mengaku. Anda kan tahu sendiri pribadi pak Tumanggor paling tidak suka oknum seperti itu berkoar-koar. Sedang benar saja Bapak tak suka itu ,apalagi bohong. Atau begini saja Bapak kan dekat dengan Pak Tumanggor tanya saja nanti kalau beliau ada. Kalau nggak benar dia pasti memanggil orang yang mengaku-mengaku itu. Biar disemprot sekalian, Tutur wanita yang tinggal dikediaman Bupati itu.
Sementara itu tingkah oknum yang mengaku famili bupati ini memang cukup arogan dan selalu menyalahkan anggota dan stafnya. Anehnya kendati stafnya sudah puluhan tahun bertugas di instansi itu tetap saja Gisaon merasa lebih pintar. Pantang baginya bertanya hanya perintah walau tak mengerti sama sekali yang diperintahkan.Hendaknya hal ini menjadi perhatian Bupati Dairi karena tingkah oknum ini sudah sampai pada tahap mengganggu kenyaman kerja staf yang lainnya. (R.07)
17 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar