S. Sabungan-Dairi Pers : Tat kala mentari mulai beranjak diatas kepala. Seorang ibu mengangkat keranjang dan jaring. Menuju sungai yang jatuh ke bibir pantai Silalahi, Kec. Silahi Sabungan Dairi. Ini rutinitas yang berlangsung bagi warga Silahi Sabungan. Namun tak semua orang bisa mengambil hasil alam itu karena sungai dan tanah dima-na sungai itu mengalir sudah ada yang punya.
Tak jauh dari komplek PLTA Renun dipinggir pantai Silalahi ada satu sungai yang sepertinya siapaun bebas untuk mengambil hasil alamnya. Inilah yang sering menjadi pusat warga Sidikalang untuk “mamutiki Pora-pora” (mengambil ikan pora-pora). Tidak sulit memang hanya sederhana namun ini bisa menjadi wisata yang menarik justru karena keasriannya.
Pantauan Dairi Pers beberapa waktu silam disepajang sungai lewat kompleks PLTA Renun itu. Banyak warga yang bergerombol. Melompat dan tertawa memasukkan ikan pora-pora ke dalam plastik untuk dibawa pulang sudah menjadi pemandangan yang menyejukkan.
Ini suatu sisi dan peluang pariswiasata dari pinggiran pantai Silalahi. Namun kompleks ini belum cukup terkenal. Yang menjadi istimewa di sungai ini. Ikan pora-pora yang punya sifat melawan aurus air itu selalu masuk dari pantai ke sungai mengalir. Untuk mengambilnya tidak sulit cukup mengalihan air sungai ketempat lain dan air yang sudah masuk keparit akan kering menyisakan ikan pora-pora. Jika sudah begini maka ikan hanya tinggal dikutip dan memasukkannya ke plastik.
Ikan pora-pora (sejenis ikan kecil yang panjangnya sekitar 10 cm merupakan ikan jenis air tawar) perkembang biakannya yang cepat membuat jenis ikan ini sudah memadati pantai silalahi. Jenis ikan baru ini juga yang menyelamatkan perekonomian beberapa warga Silalahi. Kini penyebarannya sudah merata dipantai danau toba. Warga Sidikalang sudah menjadikannya obyek wisata berburu pora-pora ke Silalahi. Memang cukup mengasyikan karena untuk mendapatkan 2 Kg tidaklah sulit. Bentuknya yang mungil dan bersih itu membuat jenis ini diminati.
Jika pada hari libur daerah ini kerap dijadikan obyek wisata berburu ikan pora-pora. Biasanya pengunjuung membawakan kompor dan penggorengan. Ikan yang sudah berhasil ditangkap langsung digoreng. Rasanya yang manis dan menggugah selera itu membuat pengunjung ingin selalu mengulangi asyiknya berburu ikan jenis itu.
Ini memang pariwisata yang masih tersembunyi dan mungkin hanya sungai yang satu ini yang dibebaskan untuk berburu ikan kecil itu. Banyak sungai yang mengalir ke bibir pantai dan dan ikan pora-pora juga banyak ditemukan. Namun pemilik tanah daerah itu tidak memberikan kebebasan kepada pengunjung untuk menangkapnya.
Ini memang masih potensi wisata yang belum terpikirkan untuk dikembangkan di Silalahi. Namun ini belum memberikan inspirasi kepada warga sekitar untuk mengelolanya. Pemilik tanah dimana sungai mengalir masih memanfaatkan penangkapan ikan pora-pora dan dijual ke pasar. Jika pengunjung diberikan kebebasan berburu ikan itu dengan bayaran atau semacam tiket barang kali kemakmuran pemilik sungai diatas tanahnya itu dapat mengahasilkan uang dan disisi lain pengunjung juga akan terpuaskan dengan kerinduan bermain air layaknya ketika anak-anak.(R.07)
Tak jauh dari komplek PLTA Renun dipinggir pantai Silalahi ada satu sungai yang sepertinya siapaun bebas untuk mengambil hasil alamnya. Inilah yang sering menjadi pusat warga Sidikalang untuk “mamutiki Pora-pora” (mengambil ikan pora-pora). Tidak sulit memang hanya sederhana namun ini bisa menjadi wisata yang menarik justru karena keasriannya.
Pantauan Dairi Pers beberapa waktu silam disepajang sungai lewat kompleks PLTA Renun itu. Banyak warga yang bergerombol. Melompat dan tertawa memasukkan ikan pora-pora ke dalam plastik untuk dibawa pulang sudah menjadi pemandangan yang menyejukkan.
Ini suatu sisi dan peluang pariswiasata dari pinggiran pantai Silalahi. Namun kompleks ini belum cukup terkenal. Yang menjadi istimewa di sungai ini. Ikan pora-pora yang punya sifat melawan aurus air itu selalu masuk dari pantai ke sungai mengalir. Untuk mengambilnya tidak sulit cukup mengalihan air sungai ketempat lain dan air yang sudah masuk keparit akan kering menyisakan ikan pora-pora. Jika sudah begini maka ikan hanya tinggal dikutip dan memasukkannya ke plastik.
Ikan pora-pora (sejenis ikan kecil yang panjangnya sekitar 10 cm merupakan ikan jenis air tawar) perkembang biakannya yang cepat membuat jenis ikan ini sudah memadati pantai silalahi. Jenis ikan baru ini juga yang menyelamatkan perekonomian beberapa warga Silalahi. Kini penyebarannya sudah merata dipantai danau toba. Warga Sidikalang sudah menjadikannya obyek wisata berburu pora-pora ke Silalahi. Memang cukup mengasyikan karena untuk mendapatkan 2 Kg tidaklah sulit. Bentuknya yang mungil dan bersih itu membuat jenis ini diminati.
Jika pada hari libur daerah ini kerap dijadikan obyek wisata berburu ikan pora-pora. Biasanya pengunjuung membawakan kompor dan penggorengan. Ikan yang sudah berhasil ditangkap langsung digoreng. Rasanya yang manis dan menggugah selera itu membuat pengunjung ingin selalu mengulangi asyiknya berburu ikan jenis itu.
Ini memang pariwisata yang masih tersembunyi dan mungkin hanya sungai yang satu ini yang dibebaskan untuk berburu ikan kecil itu. Banyak sungai yang mengalir ke bibir pantai dan dan ikan pora-pora juga banyak ditemukan. Namun pemilik tanah daerah itu tidak memberikan kebebasan kepada pengunjung untuk menangkapnya.
Ini memang masih potensi wisata yang belum terpikirkan untuk dikembangkan di Silalahi. Namun ini belum memberikan inspirasi kepada warga sekitar untuk mengelolanya. Pemilik tanah dimana sungai mengalir masih memanfaatkan penangkapan ikan pora-pora dan dijual ke pasar. Jika pengunjung diberikan kebebasan berburu ikan itu dengan bayaran atau semacam tiket barang kali kemakmuran pemilik sungai diatas tanahnya itu dapat mengahasilkan uang dan disisi lain pengunjung juga akan terpuaskan dengan kerinduan bermain air layaknya ketika anak-anak.(R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar