Sidikalang-Dairi Pers: Nama harum Taman Wisata Iman (TWI) Dairi yang terletak dipunggung bukit letter S Sitinjo, Dairi agaknya mulai mengeluarkan bau tak sedap. Pasalnya obyek wisata yang bernafaskan agama itu dikelola kurang transparan. Dugaan korupsi juga mencuat setelah diketahui kotak persembahan yang berada di beberapa tempat ibadah tersebut hingga kini tak pernah dilaporkan keberadaannya. Dengan alasan “namanya juga sumbangan” aksi dugaan korupsi itu terbungkus rapi.
Bupati Dairi DR MP Tumanggor dalam pidatonya saat acara diskusi bersama pembicara dari Jakarta di balai budaya Sidikalang Selasa (30/10) menyebutkan sekitar 3.000-an jumlah pengunjung ke TWI. Dapat dipastikan dengan kehadiran pengunjung seperti itu jumlah kotak persembahan bisa mencapai jutaan rupaih setiap minggunya. Namun kotak persembahan ini tak pernah dilaporkan keberadaanya maupun alokasi penggunaanya.
Laporan pemasukan dan restribusi masuk setiap minggunya memang dilaporkan kabid Pariwisata Dairi atas jumlah yang masuk ke TWI . Namun dalam laporan itu tidak pernah diuraikan keberadaan kotak persembahan yang ada di beberapa bagian rumah ibadah TWI.
Kadis Perhubungan dan Pariwisata Dairi Drs. Pardamean Silalahi yang dikonfrimasi Dairi Pers Rabu (31/10) di ruang kerjanya menyebutkan karena namanya juga sumbangan atau persembahan maka tak perlu dilaporan. Namun dana yang di dapat dari kotak tersebut digunakan untuk internal dan tambahan bangunan di TWI.
Disebutkan untuk membuka kotak persembahan itu diserahkan kepada salah seorang staf honor bermarga Simamora. Menyinggung dana tersebut apakah bisa jujur dilaporkan Drs. P Silalahi berkelit semua kerja berdasarkan kepercayaan. Yang tahu jujur itu hanya Tuhan ,Ujar Silalahi menyakinkan. Ditambahkan karena memang sumbangan maka tak dapat dimasukkan dalam perda.
Sementara itu tak dapat diperinci jumlah dana dari kotak persembahan yang di dapat. Namun besar dugaan jumlah dana yang telah terkumpul bisa puluhan juta rupiah bahkan mungkin ratusan juta rupiah sejak TWI berdiri. Hingga kini keberadaan kotak persembahan itu masih misteri penggunaannya. Bangunan yang disebutkan di danai dari uang persembahan itu juga masih rancu dan tak jelas karena semua bangunan yang masuk ke TWI selalu ditampung dalam APBD Dairi maupun APBD Sumut.
Monopoli
Sementara itu pergantian kepala dinas yang satu ini di pemkab Dairi beberapa bulan lalu agaknya keberadaan bidang pariwisata Dairi masih dimonopoli oknum kadis. Menanggapi hal itu Drs. P. Sialalahi justru berbalik bertanya siapa rupanya melaporkan bagitu. Namun dijelaskannya mungkin ini masih tahap transisi sehingga tugas pari-wisata masih dirangkap kadis. “Mungkin bahan bisa sana namun cara masak dan bumbunya mungkin yang berbeda” kata Silalahi berkelit.
Sementara itu Kabid Pariwisata Dairi Ir. Naik Kaloko yang dikonfrimasi dilain tempat menyebutkan hingga kini delegasi wewenang sepenuhnya mengelola pariwisata Dairi belum diserahkan kepadanya. “Anda tanya saja dulu kadis saya belum tahu bagaimana ceritanya kotak persembahan itu karena saya masih baru “ujar Naik kepada Dairi Pers.
Agaknya manajemen dan pengelolaan pariwisata Dairi ini mengalamai degradasi pasca ditinggalkan mantan kadis MG Lingga,SH. Yang paling dikhawatirkan mental dan borok yang kurang transparan ini bisa menjadi momok jorok atas keradaan TWI yang bernafaskan agama itu. Hendaknya hal ini menjadi perhatian Pimpinan Dairi . Memang tidak mudah mendirikan pusat wisata rohani karena rasa tulus pengunjung bisa saja dimanfaatkan oknum tertentu untuk korupsi. (R.07)
Bupati Dairi DR MP Tumanggor dalam pidatonya saat acara diskusi bersama pembicara dari Jakarta di balai budaya Sidikalang Selasa (30/10) menyebutkan sekitar 3.000-an jumlah pengunjung ke TWI. Dapat dipastikan dengan kehadiran pengunjung seperti itu jumlah kotak persembahan bisa mencapai jutaan rupaih setiap minggunya. Namun kotak persembahan ini tak pernah dilaporkan keberadaanya maupun alokasi penggunaanya.
Laporan pemasukan dan restribusi masuk setiap minggunya memang dilaporkan kabid Pariwisata Dairi atas jumlah yang masuk ke TWI . Namun dalam laporan itu tidak pernah diuraikan keberadaan kotak persembahan yang ada di beberapa bagian rumah ibadah TWI.
Kadis Perhubungan dan Pariwisata Dairi Drs. Pardamean Silalahi yang dikonfrimasi Dairi Pers Rabu (31/10) di ruang kerjanya menyebutkan karena namanya juga sumbangan atau persembahan maka tak perlu dilaporan. Namun dana yang di dapat dari kotak tersebut digunakan untuk internal dan tambahan bangunan di TWI.
Disebutkan untuk membuka kotak persembahan itu diserahkan kepada salah seorang staf honor bermarga Simamora. Menyinggung dana tersebut apakah bisa jujur dilaporkan Drs. P Silalahi berkelit semua kerja berdasarkan kepercayaan. Yang tahu jujur itu hanya Tuhan ,Ujar Silalahi menyakinkan. Ditambahkan karena memang sumbangan maka tak dapat dimasukkan dalam perda.
Sementara itu tak dapat diperinci jumlah dana dari kotak persembahan yang di dapat. Namun besar dugaan jumlah dana yang telah terkumpul bisa puluhan juta rupiah bahkan mungkin ratusan juta rupiah sejak TWI berdiri. Hingga kini keberadaan kotak persembahan itu masih misteri penggunaannya. Bangunan yang disebutkan di danai dari uang persembahan itu juga masih rancu dan tak jelas karena semua bangunan yang masuk ke TWI selalu ditampung dalam APBD Dairi maupun APBD Sumut.
Monopoli
Sementara itu pergantian kepala dinas yang satu ini di pemkab Dairi beberapa bulan lalu agaknya keberadaan bidang pariwisata Dairi masih dimonopoli oknum kadis. Menanggapi hal itu Drs. P. Sialalahi justru berbalik bertanya siapa rupanya melaporkan bagitu. Namun dijelaskannya mungkin ini masih tahap transisi sehingga tugas pari-wisata masih dirangkap kadis. “Mungkin bahan bisa sana namun cara masak dan bumbunya mungkin yang berbeda” kata Silalahi berkelit.
Sementara itu Kabid Pariwisata Dairi Ir. Naik Kaloko yang dikonfrimasi dilain tempat menyebutkan hingga kini delegasi wewenang sepenuhnya mengelola pariwisata Dairi belum diserahkan kepadanya. “Anda tanya saja dulu kadis saya belum tahu bagaimana ceritanya kotak persembahan itu karena saya masih baru “ujar Naik kepada Dairi Pers.
Agaknya manajemen dan pengelolaan pariwisata Dairi ini mengalamai degradasi pasca ditinggalkan mantan kadis MG Lingga,SH. Yang paling dikhawatirkan mental dan borok yang kurang transparan ini bisa menjadi momok jorok atas keradaan TWI yang bernafaskan agama itu. Hendaknya hal ini menjadi perhatian Pimpinan Dairi . Memang tidak mudah mendirikan pusat wisata rohani karena rasa tulus pengunjung bisa saja dimanfaatkan oknum tertentu untuk korupsi. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar