04 September 2008

SEKOLAH PERTANIAN, MENGAPA TIDAK DIPILIH?

Hingga data terakhir kami dapat Dairi memiliki sekitar 160 desa/kelurahan. Dipersyaratkan di setiap desa ada satu orang penyuluh lapangan. Ada kekurangan beberapa desa yang belum tercukupi karena jumlah PPL saat ini sekitar 140 orang. Padahal para petani membutuhkan penyuluh yang mampu dan mau bekerja sepenuh waktu. Kesulitan saat ini di Dairi adalah belum tersatukannya para petugas penyuluh dalam lembaga lintas komoditi sebagaimana dipersyaratkan UU tentang Penyuluhan yang seharusnya sudah diterapkan. Di Kabupaten Pakpak Bharat malahan Badan Pelaksana Penyuluhan ini malahan sudah terbentuk beberapa bulan lalu. Beberapa topik yang penting tentang penyuluhan di sekitar Dairi akan kami muat dalam kolom ini. Kami persilahkan kawan-kawan penyuluh memberikan masukan dan sumbangan tulisan.
Sejak beberapa tahun terakhir ini pendidikan pertanian tidak menjadi pilihan lagi. Karena jumlah lulusan sekolah pertanian sedikit, akhirnya Menteri Pertanian dalam pengangkatan tenaga harian lepas PPL terpaksa menerima lulusan SMA/SMU. Padahal kita tahu bagaimana perbedaan kemampuan lulusan SMA/SMU dibanding SPP/SPMA.
SEKOLAH PERTANIAN, UNTUK APA?
Dalam milis (komunitas internet) kami pro-petani ada berita yang mengagetkan: BANYAK KURSI KOSONG DI FAKULTAS PERTANIAN. Hampir setengah jatah kesempatan jurusan2 pertanian di Perguruan Tinggi Negeri seluruh Indonesia tidak diminati oleh lulusan sekolah menengah kita. Kalau pun terisi mungkin hanya sisa pilihan kedua. Nilai baik testing yang memilih pertanian hanya beberapa orang.Padahal begitu banyak orang tidak lulus ke perguruan tingg negeri. Salah siapa ini? 
Pada tahun 70-an hingga 80-an adalah kebanggaan masuk tanpa testing ke IPB karena yang diterima hanya ranking terbaik dari tiap sekolah seluruh penjuru Indonesia. Ketika kami berkunjung ke Bogor tahun lalu, para dosen mengeluhkan rendahnya minat dan kualifikasi kemampuan inteligensia mahasiswa tahun-tahun terakhir ini.
Pendidikan pertanian memang tidak menarik lagi. Anak-anak kami satupun tidak mau memilih pendidikan bidang pertanian untuk kuliahnya, walaupun penulis sudah membujuk mereka. Padahal kami pasangan ayah ibunya adalah lulusan dari Fakultas Pertanian IPB. 
Pekerjaan alumni pendidikan pertanian memang tidak memberikan pendapatan lebih dibanding lulusan sekolah lain. Dan inilah yang menyakitkan di negeri kita yang kenyataannya masih mengandalkan pertanian sebagai penghasilan utama masyarakatnya.
KEADAAN SEKOLAH PERTANIAN 
Sekolah pertanian di Dairi, khususnya di Sidikalang, bernasib hampir sama dengan sekolah pertanian di seluruh Indonesa. Mati segan hidup tak sanggup! Hanya beberapa orang pintar saja yang mau memilih SPP (Sekolah Pertanian Pembangunan). “Untuk apa memilih sekolah jika untuk kembali ke desa”, jawab umum anak SMP ketika kami tanya “kenapa tidak memilih SPP?”
Di negeri kita tercinta ini memang apa-apa aneh! Termasuk dalam bidang pendidikan pertanian. Ketika seseorang yang mampu secara ekonomi mau berusaha di bidang pertanian maka dia baru tersadar bahwa ilmu-ilmu dasar pertanian itu perlu dipelajari, dan itu sudah terlambat. 
Memang kami akui pengalaman adalah sekolah terbaik, tetapi di sekolah pertanianlah dipelajari ilmu pertanian secara sistematis. Ilmu pertanian akan lengkap jika dipraktekkan dalam pengalaman bertani.
PENDIDIKAN PENYULUH PERTANIAN
Perbaikan sistem pendidikan pertanian di negara ini telah terlambat diperbaiki ketika diberlakukannya Undang-undang tentang Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan baru-baru ini. Kurangnya tenaga terdidik bidang pertanian tsb lalu diisi oleh lulusan pendidikan umum. Padahal para alumni sekolah menengah pertanian jelas berbeda kemampuan dengan lulusan sekolah menengah umum. 
DAIRI BUTUH SEKOLAH PERTANIAN BERMUTU
Supaya penyuluh yang ada berasal dari budaya yang sama dan memiliki kedekatan emosional dengan wilayah kerjanya maka Dairi sebaiknya SPP yang bermutu baik. Penyuluh yang akan diangkat di Dairi dan sekitarnya hendaknya memiliki kualifikasi pengetahuan yang cukup dan terdidik sistematis dari SPP bermutu baik tsb.
Yang menyakitkan adalah banyak lulusan Sekolah Pertanian Pembangunan era 80-an belum tertampung menjadi PPL karena sudah terlalu tua umurnya. Padahal banyak PPL sekarang akan memasuki usia pensiun.
SPP yang saat ini ada hendaknya ditingkatkan mutunya menjadi sekolah bermutu baik. Baru-baru ini telah ada kebijakan baru untuk memberi bantuan pendidikan bagi siswa dan sekolah-sekolah SPP di daerah. Kebijakan Deptan tsb untuk peningkatan mutu lulusan SPP tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Nomor 61/Per/Ku.240/J/5/08 Tentang Pedoman Teknis Penyaluran Dana Bantuan Sosial Pendidikan Pertanian di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP). Semoga kebijakan tsb bisa disambut untuk peningkatan mutu pendidikan sekolah pertanian di Dairi. 
Brosur topik tertentu tersedia untuk Petani/Pembaca Dairi Pers di Sekretariat Redaksi Dairi Pers.

2 komentar:

  1. sekolah saya sekarang kebanyakan siswa, sampe2 rungan praktek di pake buat asrama, tetapi deptan tidak menambah fasilitas. A/B Thuren SPP-SPMA N Asahan. CP : 085297437559.

    BalasHapus
  2. Semaga ada perbaikan manajemen pendidikan pertanian dgn Mentan dan Wamentan yg baru.
    Salam,
    John M. Sianturi

    BalasHapus