14 September 2007

MENANGGULANGI PBKo YANG MEMBUAT SENGSARA PETANI KOPI

Sekitar 50 % hasil Kopi di bulan Januari-September Rusak dan Hilang!
Pertanyaan yang sama selalu berulang di beberapa desa di Dairi: ”Mengapa produksi kopi kami sangat rendah dan mutu kurang? Kalau tahun 70-an masih 12 kg maka sekarang hanya sekitar 10 kg bahkan hanya 8 kg per kaleng.”
Info dari petugas pengamat hama wilayah Onan Ganjang, Kab. Humbahas bahkan menyebutkan bahwa harga 1 kaleng hanya berkisar 60 % dari harga daerah lain pada saat yang sama. Alasan pedagang karena banyak kopi mengambang. Lalu mengapa kopi mengambang kalau direndam di air? Seharusnya biji kopi normal tenggelam dalam air.
Beberapa petani kopi juga mengeluh bahwa produksi kopi pada bulan Juni-September dan Januari-Maret sangat rendah. Memang bulan-bulan tersebut kopi kurang produksinya (sambang) tetapi apa yang tinggal di kebun pun sudah dimakan hama. Petani kopi hanya dapat memanen kopi yang sudah dimakan hama ini, petani lebih akrab dengan istilah kopi mumbang.
Ketika penulis berjalan-jalan di tengah kebun kopi di Tanjung Beringin Kec. Sumbul dan Desa Huta Rakyat, Kec. Sidikalang pada bulan April yang baru lalu teramati bahwa sekitar 20 % buah kopi gugur dan menghitam. Pengamatan dengan kaca pembesar biasa terlihat bahwa kopi yang gugur tersebut karena hama Penggerek buah kopi (PBKo) dalam bahasa latin Hypothenemus hampei, Famili Scolytidae, Ordo Coleoptera.
Pengamatan serangan PBKo pada biji kopi yang diperdagangkan di Sidikalang yang berasal dari 6 petani adalah sebagai berikut: Sitinjo 31-32%, Berampu 27%, Hutarakyat 24-25%, Karing 22%. Dari data tersebut penulis teringat bahwa kopi kita pernah ditolak Amerika. Serangan ditemukan merata pada kopi Robusta dan Arabika/Sigararutang.
Pada biji kopi yang bekas terkena PBKo akan sangat mudah tumbuh jamur Aspergillus. Jamur ini menghasilkan racun yang merusak hati manusia. Oleh sebab itu perhatian perlu segera diberikan petani dan pemerintah daerah agar kopi kita jangan sampai ditolak konsumen karena menjadi sumber penyakit. Hama PBKo harus segera ditanggulangi, jika ini tidak dilakukan maka biji kopi Sidikalang tidak ada harganya. Akibatnya petani tentu akan makin menderita.
Bagaimana PBKo Merusak Buah Kopi?
Serangga PBKO masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di bagian ujung. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah.
Kumbang betina menyerang buah kopi berumur mulai 8 minggu setelah berbunga dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup.
Buah yang sudah tua paling disukai. Kumbang betina terbang dari pagi hingga sore.
Dalam buah tua dan kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 ekor larva dan imago PBKo. Karena itu penting sekali membersihkan kebun dari semua buah yang tertinggal.

Bagaimana cara pengendalian PBKo?
Pengendalian hama terpadu (PHT) hama ini dilaksanakan dengan cara mekanis dan pengendalian hayati sebagai berikut:
1. Pengendalian mekanis: Petik buah yang tertinggal pada pohon kopi dan pungut buah yang jatuh ke tanah. Sebaiknya buah yang dikumpulkan tersebut direbus atau dipendam. Hal ini penting untuk menurunkan jumlah PBKo di kebun kopi karena cara ini menghilangkan makanan untuk PBKo yang akan datang/ berpindah ke kebun serta yang sudah ada di kebun. Dengan cara ini daur hidup PBKo dapat dipotong.
Penting sekali membersihkan kebun dari semua buah yang tertinggal sehingga buah tersebut tidak menjadi sumber PBKo.
2. Pengendalian hayati: Terdapat cukup banyak jenis musuh alami yang menyerang PBKo. Semua musuh alami sebaiknya dilestarikan. Salah satu teruji paling efektif adalah jenis jamur pembunuh serangga Beauveria bassiana (Bb). Ada dua cara pengendalian PBKo dengan menggunakan Bb yang sebaiknya dilakukan sekaligus:
- Setelah pemetikan, dikumpulkan buah yang terserang PBKo (mengambang di air), dan ditabur Bb, kemudian ditutup dengan plastik jernih. Biarkan satu malam. Serangga dewasa akan keluar dari buah dan terinfeksi oleh Bb, dan akan terlihat di bagian bawah plastik. Serangga dewasa tersebut dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada pasangannya di kebun. Biaya hanya Rp. 1.000 per rante.
- Pemakaian Bb pada saat kulit tanduk buah kopi sudah mengeras, kira-kira bulan Agustus/ September di Dairi. Bb digunakan 2 kg/ha ditambah pelekat 500 ml dengan air 100-200 l/ha. Perlu dilakukan pengulangan hingga 2-3 kali setiap 10 hari. Biaya bahan sekitar Rp. 5.000/rante.
Untuk Info lebih Lengkap: sukses_tani@yahoo.co.id atau HP: 0813 6230 1475 (bisa SMS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar