Adalah suatu anugerah TWI (Taman Wisata Iman) yang terletak di Sitinjo, Dairi menjadi Pusat Wisata. Obyek ini membawa Dairi dikenal nasional bahkan internasional. Saatnya harus bertindak jelas dan pasti dalam pengelolaannya. Produk yang dijual yakni iman dan agama tentu mengisyaratkan harus bebas dari korupsi maupun kesamaran dalam dana yang diberikan pengunjung. Ini memang persoalan moral dan tak mudah memang mencari pengelola yang tak tergiur dengan uang.
Lima tahun lebih Bupati Dairi DR MP Tumanggor membangun lokasi yang dulunya hutan Ilalang itu. Jauh sebelum mereka yang kini dipercayakan mengelola itu ada di Dairi. Artinya tak semua staf ,mengerti sulitnya seorang MP Tumanggor melahirkan ide membangun dan memupuk kepercayaan pengunjung hingga lokasi itu digandrungi.
Selintas memang bagai luar biasa dinas Pariwisata dan perhubungan Dairi setiap minggunya membuat laporan kepada Bupati Dairi atas pemasukan dan segala hal yang berkaitan dengan TWI. Memang bagus dan hasilnya luar biasa, target selalu tercapai bahkan over target. Namun wajar barang kali semua pemasukan dilaporkan. Namun ini sedikit berbeda ada sumber dana yang sama sekali tidak dilaporkan dan keberadaannya samar. Tentu sebagai lokasi yang mengangkat masalah agama bukan masalah besar kecilnya dana yang samara atau disamarkan itu namun moral mereka yang dipercayai mengurusnya.
Sudah menjadi hal biasa artinya tak disebut luar biasa lagi jika target lokasi wisata ini sudah tercapai hanya setengah tahun saja. Over target juga bercerita betapa obyek ini sudah digandrungi. Kerja keras , promosi dan kepuasan tentu menjadi acuan pengunjung. Dan pencapaian target seperti itu berarti semua hal berhasil..
Namun dalam dua minggu terakhir muncul dugaan korupsi yang mungkin dilakukan mereka yang dipercayai Bupati Dairi. Bayangkan untuk membuka kotak persembahan diberikan kepada staf yang masih honor. Tentu ini keberanian yang luar biasa dari seorang kabid Pariwisata. Namun itu bisa menjadi tidak luar biasa jika staf honor yang diangkat itu familiy yang menugaskan. Atau setidaknya mereka yang menugaskan ada apa-apanya dengan pembuka kotak. Itu suatu fakta yang tak dapat dipungkiri.
Menyimak pengelolaan cukup maju. Staf Dinas pariwisata setiap minggunya bertugas diportal. Tentu mereka dilengkapi surat tugas. Polisi pariwisata juga sudah ditugaskan .Ini bermakna pengelolaannya yang semakin sempurna. Personil juga semakin banyak dilibatkan. Namun wajar juga disimak dan diberikan pembelajaran yang hakiki kepada staf . Betapa tidak masih banyak staf yang ditugaskan pada hari minggu padahal mereka adalah umat kristiani . Bukankah hari minggu adalah hari diwajibkan bagi mereka untuk beribadah di gereja? Entah terpaksa atau memang ada sesuatu yang manis disana namun setidaknya penugasan mereka pada hari minggu tentu sudah bertentangan dengan konsep awal TWI “mencariTuhan dibukit Letter S”. Bagaimana mungkin pengunjung disuguhi nuansa iman ternyata pimpinannya memberikan contoh yang tidak benar bagi stafnya bolos dari gereja.
Banyak memang yang masih samar disana. Kita tak tahu pasti sengaja disamarkan atau memang sejak awalnya sudah samar. Namun ini harus menjadi tugas ke depan khususnya kepada Pariswisata dan Perhubungan Dairi untuk melihat dan mengelola stafnya sehingga bukan hanya manis dipermukaan namun lebih jauh. Staf juga adalah umat beregama yang perlu waktu berjumpa Tuhannya.
Kotak persembahan adalah milik TWI dan bukan milik perseorangan . Artinya keikhlasan yang diberikan pengunjung untuk lokasi itu harus disikapi mereka pengelola juga ikhlas melaporkan hasil kotak persembahan itu. Jika menganut azas korupsi adalah target sudah saatnya berfikir mencari dinas lain yang lebih memungkinkan perbuatan samara itu tak menjadi masalah. Ini cerita iman dan agama maka berbuatlah agamais agar pengujung tak khawatir soal sumbangan yang diberikan. (***)
25 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar