Masalah hati adalah masalah sensitif. Namun bulan Ramadan merupakan momen “merinso” hati dan fikiran sehingga lahir dan bersih kembali. Memang masalah hati bukan sekedar sederhana karena disebutkan dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang menjadi penentu. Jika daging itu baik maka baiklah tubuh dan jika daging itu rusak maka rusaklah semua tubuh. Daging dimaksud adalah hati.
Seorang cedekiawan muda dalam satu pertemuan di Sidikalang menyebutkan masalah hati adalah universal kepada mahluk yang disebut manusia. Hati tak dibedakan Suku, Agama dan Ras. Hati adalah milik semua manusia. Sebuah renungan dimana hati diibaratkan sebuah lapangan golf. Siapapun juga suka dengan kesegaran dan keasrian lapangan golf.
Jika memadang hotel bukit kubu jalan menuju medan lapangan golf sangat teduh dan anak-anak berlari senang di dalamnya . Bermain layangan dan tiduran dibawah pepohonn sangat menyamankan. Namun mengapa lapangan golf itu menyenangkan karena dirawat. Rumput harus dipotong. Dibersihkan disapu dan di roundup pada beberapa bagian.
Ketika lapangan golf itu dibiarkan maka rumput akan tumbuh bebas dan tidak teratur. Pada rerumputan liar akan mulai muncul kala jenging, lipan dan binatang berbisa lainnya. Jelas anak-anak tak bakalan bermain disana.
Kala lapangan golf itu semakin dibiarkan maka rerumputan akan menghutan sehingga binatangnya bukan hanya lipan dan kala jengking lagi . Mulai muncul monyet. Dan pada puncaknya hutan menjadi liar akan muncul binatang buas seperti singa, harimau dan gajah. Kala itu terjadi maka manusia sepertinya bukan manusia lagi . Tak segan lagi memangsa yang lain. Merasa benar terus dan layaknya gajah suka menginjak binatang yng lebih kecil darinya.
Ini memang merupakan suatu tamsilan betapa hati merupakan penyakit manusia. Hati mungkin hanya seberat 1 atau 2 Kg. Namun gara-gara hati bisa semua menjadi kacau. Ketika hati tak terkontrol yang memerintahkan nafsu maka akan terjadi ketidak adilan. Lapangan golf adalah hati. Hati yang selalu dirawat memberikan kedamian dan kenyamanan. Ketika hati dibiarkan tak dirawat maka akan timbul penyakit seperti dengki dan rasa ingin mengekspansi orang lain.
Hati adalah milik semua orang. Gara-gara hati semua bisa terjadi . Menjaga dan merawat hati bukan semudah membaca abc, namun jauh lebih sulit seperti halnya menjaga telur saat menunggang kuda. Mengingat Sang Khalik , mengerti dan menjalankan agama yang dianutnya merupakan langkah membersihkan dan merawat hati. Bukakah mereka yang jarang mengerjakan ibadah agamanya selalu doyan akan hak orang lain ? Tidak terkontrol dan baginya dunai adalah segalanya. Materi menjadi Tuhan. Memang rajin ibadah saja bukan berarti jaminan tak doyan korupsi atau merebut hak orang lain. Namun satu yang pasti tingkat ketakutan mereka yang menjaga hatinya dengan selalu ibadah sesuai agama yang dianutnya jauh lebih tinggi dibading mereka yang sama sekali tak mau merawat lapangan golf dihatinya.
Saat hutan menjadi liar maka naluri hewan, ganas dan tak kenal ampun akan tampak pada pribadi mereka yang tak merawat hati. Negeri ini belum juga lepas dari korupsi dan berbagi penyimpangan yang terjadi. Ini adalah masalah hati dan naluri pejabat yang doyan dan tak mau merawat hati. Kendati rajin menjalankan ibadahnya ternyata itu adalah kamuflase untuk mengelabui seakan-akan bersih tak punya hasrat korupsi. Inilah keyataan betapa hati merupakan hanya segumpal dagig namun khasiatnya bisa buat satu Negara menderita. (***)
29 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar