Parbuluan-Dairi Pers: Lima kelas murid SMAN 1 Parbuluan terpaksa masuk sore karena sekolah itu keku-rangan ruang belajar. Ruang belajar yang tersedia hanya delapan, padahal murid ada 12 kelas terdiri dari tiga kelas XII, empat kelas XI dan lima kelas X. Tahun 2007 jumlah pen-daftar mencapai 250 orang dan diterima hanya 200 orang. Guru tidak kurang seandainya semua yang 12 kelas itu masuk pagi.
Untunglah para guru mau mengerti dan rela bekerja dari pagi hingga sore walaupun tidak ada penambahan gaji, ujar kepala sekolah Drs.Naek Lumbantobing kepada Dairi Pers beberapa waktu lalu di Sidikalang. Dibutuhkan enam ruang belajar yang sangat mendesak karena sekolah itu kewalahan pada mata pela-jaran agama. Harus ada tiga ruang belajar untuk pelajaran agama untuk Kristen Protes-tan, Katolik dan Islam.
Kepala sekolah memohon Pemkab memperhatikan kon-disi kekurangan ruang belajar itu. Tentu jumlah yang diterima sebanyak lima kelas seperti sekarang tidak mungkin dila-kukan tahun depan kalau ruang belajar tidak segera ditambah, katanya. Menurut Naek Lum-bantobing, pihaknya telah me-laporkan keadaan itu dan telah membuat permohonan ke Dinas Pendidikan. Mudah-mudahan menjadi perhatian karena itu merupakan kepen-tingan masyarakat umum, katanya. Pihak berkompeten memang berjanji mengupaya-kan pembangunan ruang belajar yang dibutuhkan tetapi tetap dilapis dengan alasan keterbatasan keuangan Pemkab.
Komite sekolah memba-ngun tiga unit ruang belajar darurat. Komite sekolah me-rencanakan bangunan darurat, walaupun tanpa lantai semen yang penting bisa diperguna-kan untuk belajar secara da-rurat. Demikian kesimpulan rapat komite sekolah yang diselenggarakan baru-baru ini. Naek Lumbatobing menyata-kan salut pada kerelaan ma-syarakat untuk membangun ruang belajar dimaksud karena secara umum orang tua murid miskin.
Solusi
Menyangkut prestasi akademik dan non akademik, sekolah itu telah mengukir sejarah hingga tingkat provinsi. Tahun 2006 murid sekolah itu peringkat ke-10 olimpiade matematika Su-matra Utara. Hanya SMAN 1 Medan sekolah negeri di atasnya waktu itu, kata Tobing. Untuk tahun 2007 hanya 10 orang tamatan sekolah itu yang mengikuti SPMB dan semua lulus, lima ke USU dan lima ke Unimed. Dari sudut kemampuan aka-demik, pelajar Parbuluan memang luar biasa karena sangat tekun, ujarnya.
Banyak tamatan SMA itu yang tidak mengikuti SPMB karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatin-kan. Bahkan ke-10 orang yang lulus SPMB itu menyata-kan sangat khawatir tidak mampu membiayai kuliah. Mereka sudah datang ke sekolah untuk membicarakan kekhawatirannya dan saya sarankan untuk tidak mundur, kata kepala sekolah itu. Katanya, dia menganjurkan, nanti kalau sudah beradaptasi dengan kehidupan kota Medan pasti ada jalan keluar kalau mau kerja sambil kuliah.
Dia mengatakan menemu-kan banyak kasus, orang yang pintar terkendala melanjutkan pendidikan walaupun ke-mampuan akademiknya me-madai. Ia mengatakan sebaik-nya pemerintah mengalokasi-kan dana khusus bantuan untuk anak Dairi yang kuliah di perguruan tinggi dengan kri-teria tertentu. Pemerintah harus memperhatikan keluhan masyarakat yang tidak ter-ungkap ke permukaan selama ini yakni terhambatnya me-napaki masa depan lewat per-guruan tinggi.
Naek Lumbantobing mengatakan hanya pendidikan yang bisa memberikan solusi terhadap persoalan kehidupan manusia. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi kemampuannya menga-tasi persoalan hidupnya dan persoalan hidup keluarganya. Itu sebabnya subsidi pada perguruan tinggi negeri tidak boleh dicabut. Yang harus dikondisikan adalah memam-pukan anak-anak keluarga miskin belajar hingga pergu-ruan tinggi agar mampu memutus mata rantai kemis-kinan keluarganya, minimum dalam proses waktu satu generasi. Dia mengatakan beras miskin (Raskin) tidak lebih seperti oksigen penyam-bung nafas agar seseorang yang seharusnya sudah mati bisa bertahan hidup walaupun tidak ada lagi harapan perbai-kan. Uang itu seharusnya un-tuk menolong anak orang mis-kin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.(R-06)
23 September 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar