B. Raja-Dairi Pers : Buah yang khas dengan duri ini cu-kup digemari banyak orang. Aromanya yang harum mem-buat buah yang satu ini sulit untuk disembunyikan. Harga jualnya cukup lumayan hingga Rp. 15.000 per buah pada tingkat pedagang eceran. Na-mun harga pada tingkat petani paling Rp. 5.000 per buah.
Produksi buah durian untuk daerah Siempat nempu untuk l tahun ini anjlok. Bahkan dapat disebut sama sekali gagal. Be-lum diketahui persis penyebab-nya namun menurut camat Sie-mpat Nempu Induk Drs. Marisi Sianturi Jum at (18/1) menye-butkan penyebabnya musim yang telah berubah. Pada musim pohon durian ini masih berbunga tiba-tiba iklim berganti menjadi kemarau. Hal tersebut membuat bunga menjadi gugur.
Camat menyebutkan hanya beberapa bunga yang bisa bertahan menjadi buah. Hal itu membuat produksi buah durian kecamatan itu awal tahun 2008 anjlok. Biasanya pada waktu seearti ini sedkitnya per hari sekitar 50 s/d 60 bus kecil durian kelaur dan dipasarkan. Namun pada tahun ini anjlok mendekati titik gagal. Paling sekitar 5 bus per minggunya, ujar Sianturi.
Sementara itu pengaruh gagalnya panen buah durian ini kepada masyarakt setempat cukup terasa. Denyut ekonomi daerah ini terasa sulit dan petani yang biasanya mempu-nyai penghasilan lebih awal tahun kini hanya bisa berdiam diri memandangi hanya beberapa buah duriannya.
Jika biasanya musim durian warga menjaga buah durian dengan tidur diladang namun pemandangan itu tahun ini tidak terlihat. Beberapa buah durian yang jadi dibiarkan dan tidak diperhatikan lagi kapan matangnya.
J. Manurung salah seorang petani durian daerah itu menyebutkan bulan Desember hingga awal januari merupakan masa yang dinanti-nanti mere-ka. Biasanya musim seperti itu penghasilan meningkat tajam. Untuk satu batang durian yang berumur sekitar 7 tahun dipas-tikan bisa menghasilkan Rp 800.000 hingga satu juta per batang . Jika ada 10 batang saja maka mereka dapat menganto-ngi Rp. 10 juta hingga musim durian habis. Namun tahun ini diakui panen gagal karena cuaca yang tidak menentu. Menyinggung batang durian daerah itu juga ikut dirambah untuk dijadikan bahan bang-unan, Manurung menyebutkan hanya beberapa petani saja yang rela menjual batang durianya. Itupun hanya batang durian yang sudah tua dan tidak produksi lagi.
Kita sudah tidak tahu lagi perubahan cuaca ini. Perger-seran yang tidak lazim itu sudah merugikan pada petani, ujarnya. (R.07)
Produksi buah durian untuk daerah Siempat nempu untuk l tahun ini anjlok. Bahkan dapat disebut sama sekali gagal. Be-lum diketahui persis penyebab-nya namun menurut camat Sie-mpat Nempu Induk Drs. Marisi Sianturi Jum at (18/1) menye-butkan penyebabnya musim yang telah berubah. Pada musim pohon durian ini masih berbunga tiba-tiba iklim berganti menjadi kemarau. Hal tersebut membuat bunga menjadi gugur.
Camat menyebutkan hanya beberapa bunga yang bisa bertahan menjadi buah. Hal itu membuat produksi buah durian kecamatan itu awal tahun 2008 anjlok. Biasanya pada waktu seearti ini sedkitnya per hari sekitar 50 s/d 60 bus kecil durian kelaur dan dipasarkan. Namun pada tahun ini anjlok mendekati titik gagal. Paling sekitar 5 bus per minggunya, ujar Sianturi.
Sementara itu pengaruh gagalnya panen buah durian ini kepada masyarakt setempat cukup terasa. Denyut ekonomi daerah ini terasa sulit dan petani yang biasanya mempu-nyai penghasilan lebih awal tahun kini hanya bisa berdiam diri memandangi hanya beberapa buah duriannya.
Jika biasanya musim durian warga menjaga buah durian dengan tidur diladang namun pemandangan itu tahun ini tidak terlihat. Beberapa buah durian yang jadi dibiarkan dan tidak diperhatikan lagi kapan matangnya.
J. Manurung salah seorang petani durian daerah itu menyebutkan bulan Desember hingga awal januari merupakan masa yang dinanti-nanti mere-ka. Biasanya musim seperti itu penghasilan meningkat tajam. Untuk satu batang durian yang berumur sekitar 7 tahun dipas-tikan bisa menghasilkan Rp 800.000 hingga satu juta per batang . Jika ada 10 batang saja maka mereka dapat menganto-ngi Rp. 10 juta hingga musim durian habis. Namun tahun ini diakui panen gagal karena cuaca yang tidak menentu. Menyinggung batang durian daerah itu juga ikut dirambah untuk dijadikan bahan bang-unan, Manurung menyebutkan hanya beberapa petani saja yang rela menjual batang durianya. Itupun hanya batang durian yang sudah tua dan tidak produksi lagi.
Kita sudah tidak tahu lagi perubahan cuaca ini. Perger-seran yang tidak lazim itu sudah merugikan pada petani, ujarnya. (R.07)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar