T. Pinem-Dairi Pers : Pembabatan kayu kemiri milik masyarakat di Tanah Pinem terus berlanjut . Munculnya hama baru yang mengakibatkan buah kemiri gugur serta iming-iming sejumlah pengusaha kayu agar petani daerah ini menjaul batang kemirinya justru bisa berakibat sejumlah daerah di kecamatan ini terancam longsor. Peraturan kehutanan tidak menebang kayu pada areal dengan kemiringan 40 derajat keatas juga tak diindahkan warga . Kondisi ini membuat lahan longsor karena tidak adanya kayu penahan pada titik rawan itu. Dinas kehutanan Dairi juga seakan tak peduli dengan ancaman longsor itu.
Keprihatinan akan kondisi itu telah disampaikan sejumlah ketua LSM namun hingga kini arahan itu tak membuat surut niat masyarajat menjual kayu kemirinya. Ekonomi masyarakat yang semakin terpuruk membuat penebangan kayu milik rakyat ini semakin mudah dilakukan para cukong kayu di kecamatan itu.
Dua penyebab yang mem-buat masyarakat tergoda men-jual batang kemirinya yakni buah kemiri yang sering menjadi gugur karena muncul-nya semacam penyakit tanaman ini. Dinas pertanian Dairi juga tak pernah memberikan formula atau meneliti penyebab buah komo-diti andalan kecamatan ini menjadi mudah gugur.
Penyebab kedua tuntutan ekonomi masyarakat yang terus terpuruk membuat masyarakat begitu mudahnya tergoda men-jual pohon kemirinya. Dilema ini memang bukan mudah karean dinas kehutanan Dairi tak bisa mengintervensi terlalu jauh karena itu adalah kayu masya-rakat. Namun disisi lain peram-bahan kayu kemiri ini bisa mendatangkan bahaya longsor.
Secepatanya dinas pertani-an Dairi turun kelapangan untuk meneliti buah kemiri yang men-jadi gugur itu mungkin salah satu upaya menghambat pem-babatan hutan kemiri masyara-kat. Disisi lain kesadaran ma-syarakat juga perlu ditumbuh-kan akan bahaya longsor dan banjir bandang akibat pembabatan kemiri miliknya.
Banjir bandang yang bebe-rapa kali melanda kecamatan ini agaknya tidak menjadi bahan pemikiran masyarakat. Padahal banjir bandang yang terjadi merupakan akumulasi pemba-batan hutan walau itu adalah hutan masyarakat. (BS)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar