Salak-Dairi Pers: Dalam semua sendi kehidupan, masyarakat Desa Majanggut II, Kec.Kerajaan, Kab.Pakpak Bharat tertinggal dan bahkan terisolasi total. Dalam bidang pendidikan, desa itu tidak memiliki sarana pendidikan lagi, padahal tahun 1990-an pemerintah sudah mem-bangun dua unit sekolah dasar di sana. Saat itu daerah itu digunakan sebagai lokasi Translok. Saat itu berbagai fasilitas kebutuhan masyarakat sudah dibangun pemerintah melalui Deptrans.
Kini dengan alasan keter-batsan kemampuan keuangan pemerintah banyak daerah yang masih belum menikmati fasilitas publik sebagaimana layaknya masyarakat yang telah 62 tahun merdeka. Padahal alasan itu sering tidak tepat karena penempatan lokasi pembangunan sarana publik tidak sesuai dengan kepentingan publik tetapi sesuai dengan kepentingan politik pejabat di eksekutif maupun legislatif.
Untuk masuk kelas I SD saja anak-anak dari Desa Majanggut II harus tinggal bersama orang lain (indekos). Sangat sulit membayangkan anak-anak yang belum terdi-dik sopan santun itu tinggal bersama orang lain. Yang pa-ling meungkin menyedihkan adalah karena anak itu tidak mampu mengambil hati pemilik rumah dan belum mampu mengerjakan pekerjaan ru-mah di tempat indekos.
Namun demi harapan masa depan yang lebih bai dari kondisi kehidupan orang tuanya, setiap keluarga meng-abaikan kemungkinan itu. Padahal anak anak SD masih rawan terhadap penyakit, rasanya tidak mungkin orang tua asuhnya mau mengurus anak tersebut seperti mengu-rus anak sendiri.
Kondisi jalan menuju desa merupakan penyebab fasilitas publik yang telah pernah ada itu ditelantarkan. Tidak hanya kedua unit sekolah dasar yang tidak bisa mendapat pemeli-haraan tetapi juga Puskesmas. Kini semua telah ambruk. Bahkan sebagian besar rumah Tarnslok sudah busuk karena ditinggalkan penghuninga.
Pemilik hak ulayat setem-pat yakni marga Solin Kuta Liang bernama Jamsen Solin ini berupaya menciptakan kondisi agar orang lain mau kembali mengolah daerah itu. Kami tegaskan, tiak harus orang Pakpak, setiap orang yang mau membangun dan maju bersama daerah itu, katanya.
Produksi pertanian bernilai ekonomi karena hasil penju-alannya tersedot ongkos ang-kut. Sebagian hasil pertanian dipundak sendiri sejauh 12 km dari induk desa hingga ke Dusun Nambunga Buluh, Desa Kecupak. Kondisi jalan ke desa itu sejauh 18 km sangat memprihatinkan karena masih menggunakan jalan yang dibuka untuk program trans-migrasi lokal tahun 1990-an. Ada lima lokasi penyeberangan yang membutuhkan jembatan, empat di antaranya telah di-bangun menggunakan dana PKPS-BBM tahun 2005. Satu lagi telah dibuat titi darurat menggunakan batang kayu dan dikerjakan secara gotong royong. Hal itu juga merun-tuhkan kemampuan warga untuk menyekolahkan anak. Masyarakat sangat mengha-rapkan kebaikan Pemkab Pakpak Bharat untuk mem-perbaiki kondisi desa itu walaupun belum mengun-tungkan dengan hidungan finansial.(R-06)
07 Oktober 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar