Sitinjo-Dairi Pers : Harga buah jeruk yang sempat jatuh hingga Rp. 1.000 per Kg membuat banyak areal perkebunan jeruk di Dairi ditinggalkan petaninya. Mereka menyebut dengan harga itu akan rugi total karena biaya perawatan tanaman ini cukup tinggi. Dengan level harga antara Rp. 1.000 s/d Rp. 2.000 per Kg menurut mereka lebih bagus melupakan tanaman tersebut.
Dari pantauan Dairi Pers di desa Sitinjo 1. kec Sitinjo, Dairi kamis (24/1) beberapa areal pertamanam jeruk ditinggalkan pemiliknya. kebun jeruk yang ditinggalkan masih produktif dan tengah berbuah. Namun kebun itu sudah mulai diserbu lalang serta tanaman gulma lainnya. Jeruk yang tidak dirawat itu lagi menjadi kurus dan tidak sehat.
Pemiliknya menyebutkan dalam satu tahun terakhir harga jeruk tak menentu dan paling pada kisaran harga dibawah Rp. 2.000 per Kg. padahal untuk merawat tanaman ini cukup sulit dan membutuhkan biaya yang tinggi. Menyemprot tanaman ini dengan pestisida serta obat-obatan lain merupakan suatu keharusan karena jika dibiarkan tanaman ini retan terhadap serangan hama. Belum lagi untuk pembelian pupuk kandang serta pupuk kimia. Setiap 4 bulan sekali harus dilakukan pemupukan.
Namun biaya yang paling tinggi yakni pembelian obat-obatan yang harganya terus melambung. Kenaikan harga obat-obatan itu tidak sebanding dengan harga jual buah jeruk. Disebutkan buah jeruk daerah ini tidak kalah bersaing dengan jeruk tanah Karo yang sudah lebih dahulu kesohor. Namun dengan kondisi harga seperti itu maka secara ekonomi sudah tidak menguntungkan. Direncanakan lokasi ini akan diganti menjadi kebun kopi yang harganya hingga kini rekatif bertahan pada harga Rp. 8.000 per Kg. (R.07)
10 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar