Sidikalang-Dairi Pers: Masih pagi benar sekira pukul 6 pagi Ramot Bintang siswa kelas 6 SD Bintang Hulu, Dairi telah berangkat ke mata air sekitar 1 km dari rumahnya. Ember dan satu tangguk jaring ditangan. Dalam kedingin kota Sidikalang anak sekecil itu telah menjaring helai demi helai lumut. Sekitar setengah jam dia kembai dan bersiap untuk ke seklah.
Lumut yang tumbuh dimata air daerah itu menjadi komoditi uang. Lumut ini digunakan pemancing kota Sidikalang sebagai umpan. Satu hari saya bisa mendapat Rp. 10.000 ujar Ramot kepada Dairi Pers. Sedang bagaimana awalnya terjun sebagai pencari lumut umpan pancingan itu dikatakan awalnya disuruh para pemancing mencari lumut menggunakan tangguk jaring. Usai megumpulkan satu plastik saya diberikan Rp. 2.000. Saya berpikir jika ini dijual dipinggir jalan pasti laku. Dan itu awalnya mencoba menjual lumut ternyata berhasil. Kini pemancing kota sidikaang tidak bersusah payah lagi untuk turun, berendam dalam kolam yang penuh lumut.
Bagiamana keseharian Ramot? Kepada Koran ini berturur dia merupakan anak ke 5 dan 7 bersaudara. Orang tuanya hanya seorang petani dengan penghasilan pas-pasan. Namun demikian bagi mereka sekolah menjadi satu kewajiban. Semua saudaranya bersekolah. Usai sekolah biasanya langsung ke ladang untuk membantu orang tua. Namun Ramot mengatakan usai sekolah orang tuanya membenarkannya berjualan lumut dikompleks MIN Bintang Hulu. Uang yang didapat diberikan kepada orang tua dan biasanya sekitar Rp. 1.000 s/d Rp. 2.000 diberikan kepadanya untuk ditabung atau biaya jajan.
Lumut merupakan salah umpan pemancing Sidikalang yang digandrungi. Lumut ini tumbuh subur dimata air . Tanaman air ini tumbuh alami tanpa pupuk dan hanya tumbuh pada habitat tertentu. Tidak ada yang menyangka tumbuhan yang tumbuh liar ini akhirnya mendatangkan peluang ekonomi.
Pantauan Dairi Pers puluhan anak setiap harinya bekerja sebagai pencari lumut di daerah itu. Batas harga yang tidak ada membuat penghasilan anak-anak SD ini tidak menentu. Jika pembeli yang simpati datang mereka bisa mendapat uang lebih. Namun disisi lain bisa saja lumut yang tidak habis terjual akhirnya dibuang. Tanaman ini hanya bisa digunakan umpan selama 12 jam saja. Lewat dari waktu tersbut akan busuk dan berbau.
Keseharian Ramot dengan rutinitas kerja dan mencari rezeki merupakan sesuatu yang belum waktunya. Harusnya anak sekecil itu masih bermain dan menghabiskan masa kecilnya dengan keindahan dan bersendawa. Namun jalan hidup seorang anak seperti Ramot tidak seperti impian anak-anak lainnya. Saat dipertanyakan cita-citanya Ramot hanya tersenyum dan tak mampu berkata.
Ramot hanya salah satu gambaran anak Dairi yang kurang beruntung dengan masa kecilnya. Gilasan ekonomi yang kini melanda Dairi dengan turunnya harga-harga panen masyarakat membuat banyak orang tua di Dairi tertekan ekonomi. Masa kecil anak-anak hilang seiring harus turun membantu orang tua untuk menopang ekonomi. (R.07)
20 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar