“Harga Kopi Merosot Karena Krisis Global?”
Sidikalang-Dairi Pers: Sejak memasuki bulan Oktober ini,harga kopi arabika (pupuler disebut kopi ateng) semakin merosot di pasaran.Dari harga Rp 13.000/liter turun secara berangsur yang kini menjadi Rp Rp8500/liter.
Kecamatan Sidikalang,Sitinjo,Parbuluan,Sumbul dan termasuk Siempatnempu merupakan kecamatan yang paling besar penduduknya bertanam kopi ateng.Boleh di katakan warga di lima kecamatan ini mengandalkan hidupnya dari bertanam kopi ateng.P.Boang Manalu,warga desa Panji kecamatan Sidikalang mengatakan,harga kopi ateng Rp 8500/liter,tidak sesuai lagi dengan biaya produksi.
Menurut Boang Manalu,kalau dengan harga kopi sekarang Rp 8500/liter, jelas membuat kami sesak napas.Padahal tenaman kopi ateng merupakan andalan hidup petani di daerah ini.Sekarang kami dihadapkan dengan dua pilihan.Yakni kebun kopi di biarkan tidak di urus lagi dan di gantikan dengan tanaman lain.Di usahai terus,jelas sudah merugikan.
Kalau dilakukan rotasi tanaman,dengan menebang pohon kopi yang sekarang untuk di gantikan dengan tanaman lainnya,bisa saja tahun depan harga kopi meningkat.Kedaan itulah membuat kami selaku petani kopi ateng pusing tujuh keliling.Di pertahankan dengan kondisi harga sekarang,jelas tidak dapat lagi membiaya sekolah anak,ujarnya.
Beberapa petani kopi ateng lainnya yang di hubungi Dairi Pers,juga senada mengatakan bahwa petani kopi ateng di Dairi,sudah sesak napas.Namun beberapa petani saat di tanya,kurang jelas mengetahui faktor penyebab merosotnya harga kopi.
Namun salah seorang petani kopi ateng di Desa Parbuluan,mengaku marga Sigalingging mengatakan,merosotnya harga kopi besar kemungkinan karena faktor krisis global.Umumnya produk pertanian ekspor,kini harganya merosot,termasuk sawit,cengkeh dan lainnya,ujarnnya.(R.01)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar