Sidikalang-Dairi Pers: Harga biji jagung di pasaran kabupaten Dairi, kembali menurun drastis dari Rp 2400 kini menjadi Rp 1800/ kilogram (turun Rp 600/ kg). Penurunan harga itu terjadi Minggu ketiga Mei 2009.
Pantauan Dairi Pers, di pasar induk Sidikalang, Rabu (27/5) harga jagung tetap masih Rp 1800/ kilogram. Kondisi harga itu cukup mencemaskan bagi petani menyusul harga komoditi pertanian lainnya seperti cabai, tomat dan lainnya sudah duluan anjlok.
Adalah kecamatan Tigalinga, Gunung Sitember dan kecamatan Tanah Pinem selaku daerah produsen terbesar penghasil jagung di kabupaten Dairi. Ketiga kecamatan tersebut kini menunggu panen raya. Ribuan hektar tanaman jagung siap panen. Namun dengan kondisi harga yang merosot tajam di pasaran, membuat petani bingung. Apakah panen dilakukan atau tidak.
Beberapa petani di hubungi mengatakan, kondisi harga sekarang menghadapkan dua pilihan bagi petani. Apakah panen dilakukan atau menunda untuk menunggu harga membaik. Kalau panen ditunda, petani tidak mendapat akses apakah harga itu ke depan bisa membaik atau sebaliknya yang terjadi. Kalau panen di lakukan dengan harga sekarang Rp 1800/ kilogram, jelas rugi, ujarnya.
Disinilah sangat diperlukan peranan dinas terkait seperti Dinas Perindagkop, agar dapat memberi informasi kepada petani apakah harga jagung dapat membaik atau sebaliknya yang terjadi. Kalau harga ini dapat dipastikan membaik, petani dapat menunda masa panen terlebih di tiga kecamatan tersebut, menunggu panen raya.
Tetapi kalau harga jagung semakin menurun di pasaran, jelas petani akan melakukan panen dan menjualnya kepada saudagar. Untuk apa menahan biji jagung di rumah. Karena hal itu akan semakin menimbulkan kerugian besar terhadap petani, ujar sumber.
Kepala Desa Lautawar kecamatan Tanah Pinem, Lameh Tarigan dikonfirmasi Dairi Pers membenarkan kondisi harga biji jagung di pasaran merosot tajam. Namun Tarigan kurang mengetahui, faktor penyebab merosotnya harga itu.
Kita juga prihatin melihat petani jagung di tiga kecamatan ini. Sebab panen raya jagung sudah tiba yakni akhir Mei 2009. Padahal petani mengharapkan dari hasil panen jagung sebagai persediaan untuk menyambung biaya hidup anggota keluarga termasuk biaya sekolah anak yang akan melajutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, ujar Tarigan. (R.01)
17 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar